Rabu, 27 November 2019

Graduation

Laksana roti panggang yang baru keluar dari oven...
Iyah, masih hot hot nya nih My Graduation Party baru berakhir beberapa jam lalu.

Alhamdulillah...

Semaraknya masih terasa di snap-WA temen-temen. Geger...
Hampir semuanya upload foto/untaian kalimat about it. Begitupun aku... Uhuuy

Tapi aku bukan mau bahas yang kaya apalaha-apalah dsb.. 

I wanna tell you about one of story behind my graduation. There are three excellent students which helped me finishing my thesis. I couldn't give them something that same with they gave to me.

I think that if they are really really my young brother, i will hug them. I want to travel with them anywhere. But i don't have self-efficacy to tell about it because of i have to take permision from they parents. Hehe

Ok, thank you so much my lovely young brothers.
Really really love you so much.

Sabtu, 23 November 2019

Why choose facebook?

Entah sejak kapan media sosial mulai marak digunakan anak2, remaja, & dewasa... Hmmm

Aku sendiri baru mengenalnya sejak kelas VIII MTs kalau tidak salah. Aku sendiri baru memiliki akun media sosial (read: facebook) sejak kelas IX MTs, dibuatkan oleh kakakku. Awalnya aku tak ingin memainkannya. Khawatir kecanduan.
DAN BENAR SAJA

Aku mulai jadi anak alay (di medsos) sejak masuk SMA.

O M G

Facebook-an everytime.
Kalau diingat-ingat jadinya sebel sendiri. Wkwkw

Kemunculan instagram yang lebih lambat dari fb, tak membuatku pindah haluan. Aku tetap setia dengan fb. Hehe



Kamis, 21 November 2019

Sekolah Tercinta

Tulisan ini kupersembahkan untuk Sekolahku Tercinta

Meski bukan almamaterku, aku merasa bahwa sekolah ini adalah sekolahku.
Tempat yang sempat kutakuti.
Sempat tak ingin mengunjunginya.
Pernah terbersit 'aku tak ingin mengenalnya'.

Tapi apalah daya seorang hamba, tak kan bisa menolak ketentuan-Nya, Allah Swt.

Berawal dari 'kekhawatiran' temanku yang tak sanggup menghadapi siswa SMA, dan dia merekomendasikan namaku untuk menggantikannya.
Aku tak pernah protes, aku tak bisa menolak.
Prinsipku, jalani saja, kamu pasti bisa!!!

Alhamdulillah...
Aku diperkenalkan dengan sekolah ini lewat kegiatan PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan) yang lebih familiar disebut sebagai PPLK.

Yaps, sekolah ini adalah tempatku PPLK.

Aku mendapatkan bimbingan yang super-super menegangkan (pada waktu itu) dari seorang Guru Pamong (guru pembimbing).
Dulu aku merasa 'takut' dengan beliau. Sangat segan. Setiap beliau memanggil namaku, detak jantungku langsung meningkat frekuensinya. Wkwk

Tapi sekarang aku sangat-sangat menyayangi beliau. Tampaknya beliau pun begitu, sangat sayang dan tak ingin kehilanganku. Ahay... :D

Di sekolahku tercinta ini...
Aku pun mendapatkan akses yang baik, dimudahkan, untuk melakukan penelitian untuk tugas skripsiku. Lagi-lagi dibantu guru pamongku, berkenalan dengan guru matematika yang memang berkaitan dengan fokus skripsiku. Alhamdulillah...

Hasil penelitian ini membawaku mengenal tiga orang siswa yang sangat cerdas. Hingga saat ini (dan seterusnya) aku merasa  sangat merasa beruntung mengenalnya. Aku sangat menyayangi mereka. Aku anggap mereka adalah adik-adik hebatku. Alhamdulillah yaa Allah...

Di sekolahku tercinta ini...
Aku merasa banyak berhutang budi dengan sekolah ini. Terutama kepada guru pamongku.
Beliau pula yang menjadi perantara aku mendapatkan pekerjaan, aku berkesempatan banyak untuk selalu mengunjungi sekolahku tercinta ini.

Entah apa yang bisa aku berikan untuk membalas budi baik seluruh warga sekolahku ini. Aku merasa belum memberikan apa-apa. Aku hanya bisa mendo'a kan semoga sekolahku tercinta ini semakin maju berkualitas dan bermanfaat mencetak generasi bermartabat untuk kemajuan masa depan kehidupan bangsa dan negara.
Aamiin aamiin yaa Rabbal'aalamiin...

Hatur nuhun so much SMA Negeri 1 Kota Serang

Rabu, 20 November 2019

Untuk apa menulis?

Nah....

Kamu akan jawab apa jika mendapatkan pertanyaan
"Kamu nulis untuk apa?"

Jawaban  atas pertanyaanu terbuka seperti ini tidak untuk dikomentari karena setiap orang memiliki hak untuk menulis, bebas, niatnya baik atau pun belum baik ya terserah pribadinya.
Kalau kamu/aku/kita tidak suka dengan jawabannya itu artinya kamu/aku/kita mengharapkan jawaban tertutup.

Lalu apa yang akan kamu jawab jika orang yang kamu tanya balik bertanya, "Apa tujuanmu menyakan hal tersebut kepadaku?"

Hayoo...


'Dunia' Kerja

Kata sebagian orang... Dunia yang sesungguhnya adalah ketika kita selesai "sekolah".
Yah bisa jadi bagi kalian yang baru lulus SMA/MA/Sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan (ga kuliah) berarti memasuki 'dunia nyata' lebih awal.

Bagi yang melanjutkan 'kuliah' ya berarti dia masih diberi kesempatan menikmati 'dunia maya' agak lebih lama.
Yaaa walaupun tidak harus seperti itu juga analoginya ... Tapi intinya begitulah. Wkwkw

Bagiku...
Yang baru saja keluar zona 'dunia maya' benar merasakan betapa lebih nikmatnya 'dunia nyata'.
Merasakan lebih mandiri, memanajemen keuangan sendiri. Waktu juga. Pokonya ya harus lebih cerdas mencari kegiatan positif agar hidup lebih bermakna. Salah satunya dengan mengisi alvychipmunx.blogspot.com ini dengan tulisan-tulisan seadanya. :D

BTW...
Aku sebenarnya ingin curhat seputar pekerjaanku sebagai tutor di lembaga bimbingan belajar, di sekolah ternama di Kota tempatku tinggal ini.

Aku merasa sedikit tidak bebas, terbatasi untuk mengembangkan skill mengajar. Betapa tidak, tuntutan pengurus lembaga menginginkanku untuk 'menyamai (dalam beberapa hal)' guru di sekolah tersebut.
Ya gabisa gitu dong. Aku sih inginnya fleksibel aja dengan gayaku menyampaikan pembelajaran.
Hehe (sorry aku emang agak suka ngeyel).

Tapi apalah dayaku, tak kuasa aku mengungkapkan apa yang kutulis ini. Haha

Ku jadi teringat gurauan salah satu rekan tutor juga "Apalah daya, kita di sini cuma rempahan rengginang",. Maksudnya kita hanya bawahan yang harus nurut pada atasan. Tak kuat untuk menolak.

Ya begitulah dunia kerjaku...

Jajanan

Jajan...
Siapa yang tidak suka?

Aku yakin semua orang suka.
Sehemat-hematnya orang, kalau ditraktir pasti ga akan nolak kan? Jajaaaaaannn baee...

Tinggal di lingkungan kampus membuatku selalu tergiur untuk jajan. Betapa tidak, harga jajanan di sekitar kampus terbilang murah/terjangkau. Karena setiap pedagang menargetkan yang penting laris ... Kayanyasih ya menurutku. Wkwkw (sorry kalo so tau) :D

Beda dengan harga jajanan di lingkungan tempatku mengajar, di sekolah, SMA. Anehnya harga jajanan di sana lebih mahal dibandingkan dengan di sekitar kampusku.

Apakah ini menandakan tingkat perekonomian (baca:uang saku) siswa di sekolah itu lebih banyak daripada mahasiswa? Wkwkw

Entahlah... Intinya aku merasa beruntung tinggal di dekat kampus...

Menikmati Hidup

"Fabi ayyi aalaaa i robbikumaaa tukadzdzibaan"

Alhamdulillah...
Dengan keadaanku seperti saat ini, aku sangat-sangat menikmati. Meskipun sesungguhnya aku takut terlena dalam kenikmatan ini.

Hidup nyantai, tidur nyenyak, kerja ringan, penghasilan mencukupi... Aku takut ini adalah ujian.

Semoga Allah senantiasa memberiku rahmat fiddunyaaa walakhirat. Aamiin

Selasa, 19 November 2019

My younger brother

Kali ini aku tak bercerita tentang mimpiku tidur di pagi hari yang disengaja, tapi tidur kelabasan sampai pagi hari yang tak disengaja.

Dalam mimpiku, aku bertemu dengan dua atau tiga orang yang sangat kurindukan. Adikku dan orangtuanya.

Sudah sejak lama, hampir setengah tahun, aku tak berjumpa dengan orangtua adikku, susah rasanya, mereka sangat sibuk. Sampai-sampai tak ada waktu luang untuk menerima tamu sepertiku ini. Bukannya tak ingin aku temui, tapi mereka tidak ingin cuekin ketika aku bertamu nanti.

Bagaimana dengan adikku sendiri?
Dia hampir selalu bertemu tiap pekan sekali, bahkan kadang dua kali. Cukup mengobati kerinduanku? Tidak... Hehe

Saking rindunya...
Dalam mimpi kisahnya begini, tak sengaja kita berjumpa di angkutan umum. Ibu & adik akan menuju sebuah toko buku, sementara aku yang niatnya akan pulang ke rumah, justru nyelimpang ikuti adikku ke toko buku.
Dia berniat membeli buku olimpiade matematika namun tampaknya kehabisan.
Heummm

Gimana lagi ya?
Sebenarnya ceritanya masih panjang, tapi kalau aku ceritakan pasti aneh, karen kisah dalam mimpi memang selalu aneh ..

Today

Senin, 18 November 2019

Mimpi

Kebiasaan burukku sejak menjadi 'pengangguran' adalah tidur di pagi hari kisaran pukul 6.30-7.15. tapi tidak selalu selama 45 menit tersebut yah... Bisa jadi kurang.

Dan pagi ini aku juga ketiduran, padahal sudah niat untuk tidak tidur pagi-pagi. Kalau di rumah pasti sudah dimarahin.

Dalam tidurku, aku bermimpi 'piknik bersama ketiga adik kesayanganku'... Dalam suasana piknik tersebut aku merasa terlindungi oleh mereka, merasa nyaman dan tentram... Dalam mimpi tersebut aku menyadari 'pasti ini hanya mimpi' karena peristiwa 'piknik' ini rasanya impossible dilakukan bersama ketiga adikku itu.
La wong ketemu aja susah, pas ketemu paling senyum doang...

Ya Allah, betapa aku merindukan mereka.
Semoga mimpi ini menjadi nyata, aamiin...

Semoga rasa rinduku ini tersampaikan... Hehe

Minggu, 17 November 2019

Bersikap Ramah Sekalipun kepada Siapa (saja)?

Atas dorongan apa tadi pagi aku bersemangat untuk mengunjungi Perpustakaan Daerah (PerpusDa). Dan seperti sebelum-sebelumnya aku selalu ke lantai dua, mencari ketenangan. Tak seperti di lantai utama, banyak pengunjung.

Namun, tak biasanya di lantai dua di ruangan tempatku biasa 'menyepi' ada seseorang, laki-laki tak dikenal. Aku tersenyum kepadanya, niatku ya hanya menyapa.

Aku duduk di kursi agak jauh dari tempat laki-laki itu berada. Aku tak langsung membaca buku, tapi 'maen' HP. Iseng buka-buka formasi CPNS Provinsi. Tak diduga, ternyata laki-laki itu sudah ada di belakangku. Dia berbicara "Itu formasi daerah mana?"
Deg... Itu artinya laki-laki itu sudah berada di belakangku sejak aku buka HP tanpa kusadari.
Hmmmppft...
Aku berusaha tenang dan ramah, "Formasi Provinsi Banten, Pak."
"Ooh".

Aku membalikkan badan dan fokus kembali memainkan HP dengan membuka feature yang berbeda. Aku merasa tak enak, tidak nyaman, tapi tidak ingin menyinggung laki-laki itu. Aku berpikir, aku putuskan untuk pindah ruangan.

Sesaat di ruangan yang baru, aku mengambil dua buah buku yang belum selesai dibaca sejak minggu lalu. Tapi aku iseng buka HP (Lagi).
Ternyataaaaaa... Laki-laki itu menghampiriku dan menanyakan beberapa hal plus dia juga bercerita pengalamannya mendaftar CPNS di tahun-tahun sebelumnya. Entah apa maksudnya dia bercerita seperti itu padaku. Huh

Dari ceritanya, dia seorang 'pengangguran', dia juga tak memiliki HP.
'Agak' memprihatinkan sih. Sepertinya dia benar-benar membutuhkan pekerjaan. Dia berniat mendaftar CPNS juga tahun ini.

Mungkin dari tampangku yang 'mau' mendengarkan ceritanya itu, akhirnya dia berani meminjam HP ku untuk melihat jumlah formasi CPNS penempatan Kabupaten dan Kota Serang.
Agak risih sebenarnya, aku khawatir (sebenranya ini prasangka burukku saja ya) kalau HP ku bakal dibawa kabur olehnya. Wkwkw...
Untungnya tidak.

Dia bercerita lanjut tentang masa kuliahnya, yang ternyata sealmamater, tapi seangkatan dengan dosenku.
Tak berapa lama, sekitar 15 menit kemudian dia pergi.
Nice, ini kesempatanku untuk 'kabur'. Yaps aku pindah ke lantai satu, cari tempat ramai. Tenang deh. Alhamdulillah...

#sebenarnya tidak berhenti sampai di sini ceritanya. Tapi ntar ajalah lanjutnya


Jumat, 15 November 2019

Seharusnya Aku Tetap Percaya Diri

Aku yang memang asli orang kampung punya beberapa kebiasaan kampungan.

Tidak memalukan kan?

Sebenarnya rasa malu yang timbul akibat melalukan keburukan adalah malu yang baik.
Malu = merasa bersalah = tidak merasa benar.

Jangan Berlebihan

Setahu  aku nih yah, apa pun yang berlebihan itu tidak baik.
Terserah kalian mau setuju atau tidak. Gausah komentar!

Lapar > makan
Kelebihan makan > sakit perut (sok cobain).

Haus > minum
Kebanyakan minum > kembung (gapercaya?)

Jadi gini...
Mungkin bukan cuma aku yang pernah mengalami, diantara kalian juga mungkin ada yang pernah:
Jika terlalu mengagumi manusia, maka akan diberikan ujian berupa tampaknya satu hal keburukan si manusia yang kau kagumi.
Akankah kau tetap mengaguminya? Atau kamu akan merasa illfeel dengannya? Intinya akankah kamu setia?

Itu yang aku khawatirkan saat ini...

Aku selalu berusaha untuk tidak berlebihan dalam mengagumi ciptaan-Nya. Agak berat memang. Heummm

Jangan dibaca!!!

Dahulu aku selalu berpikiran bahwa orang menangis tandanya ia sedang sedih.

Itu dulu.

Dahulu hingga sekarang, pengalaman mengajarkan bahwa tidak semua air mata menandakan kesedihan, namun ia juga dapat berarti 'terlalu bahagia'.

Terus??...

Kemarin aku sempet merasa sedih tanpa sebab yang logis. Aneh ga? Ngga.

Aku kepikiran begini, aku hanya bisa menemui adik-adikku di sekolahnya. Sementara beberapa bulan ke depan aja mereka akan lulus. Itu artinya ga ke sekolah lagi, aku gabisa menemui mereka lagi.
Udah gitu, aku yakin adik-adikku ini bakal pergi jauh, maksudnya bakal kuliah di luar kota yang jauh dari tempat tinggalku saat ini.
Seharusnya aku bahagia dong kalau mereka keterima kuliah di kampus impian mereka. Harusnya. Tapi kenapa aku tuh takut jauh dari mereka, takut kehilangan.

Sekarang aja untuk bisa nemuin mereka lumayan susah. Sementara aku tuh selalu merasa kangen dengan mereka. Ingin ngobrol bareng mereka. Ya Allah yah.

Aku gatau apakah mereka kepikiran sampe sini ga sih? Aku gamau dibilang lebay. Walaupun iya.
Wkwkwk

Titip salam untuk mereka.
Assalaamu'alaikum adikku sayang. 

Pe We

Pe We : PW : Posisi Wenak = Nyaman

Itulah yang baru saja kurasakan.
Bekerjasama dengannya.

Menyenangkan.
Bahagia.
Tenang.
Nyaman.
Ingin berlama-lama dalam kondisi tersebut.

Tapi ingat!
Jangan larut dalam kesenangan, barangkali itu ujian!

Sebaik-baik Manusia

Pernah dengar lagu Qasidah?

Dulu aku sering banget, tiap pagi dan sore tetanggaku 'nyetel' musik qasidah kenceng banget. Aku sih ga merasa terganggu, justru malah seneng... Suka.

Ada syair lagu qasidah yang bunyinya begini:

Sebaik-baik orang berdosa
yang bertaubat pada Tuhannya
Menghapus dosanya
dengan amal yang berguna...

Nah, namun yang ingin aku bahas itu beda kasus dengan kisah yang terkandung dalam syair di atas.
Aku ingin bahasa bahwa 'Sebaik-baik orang baik, pasti ada (sebagian orang) yang membencinya'.

Namanya ujian hidup.

Pandai-pandailah Mengambil Hikmah

Mungkin saat ini aku sedang kecewa.

Jadi besok itu rencananya pukul 10.00-12.00 membina kegiatan kelas Olimpiade Matematika di MTs, seperti biasa.
Dan kegiatan berikutnya adalah membimbing siswa SMA lomba di kampusku. Semula jadwal lomba dilaksanakan ba'da dzuhur . Tapi kabar terbaru katanya jadwal kegiatan lomba dimajukan sebelum dzuhur.

Itu artinya? Aku gabisa dampingi siswaku lomba... Syediih.

Jadi aku kesel, entah ama siapa. Intinya aku harus memilih prioritas 1 kegiatan saja. Tentu aku pilih mengajar kelas Olimpiade.

Ya Allah semoga siswaku bisa menjadi yang terbaik di lomba besok. Aamiin

Good luck Fitra Nurindra.

Kamis, 14 November 2019

Kalo Ngobrol Jangan Serius Melulu!

Lagi kesel...

Ya Allah, saya belum tau hikmah apa dibalik kisah hidupku sejak 7 Oktober lalu...
Dipertemukan dengan seseorang yang memiliki pembawaan serius terus, gapernah bercanda, gabissa diajak bercanda, obrolannya berat terus tiap hari... 

Aku yang sebelumnya suka banget bercanda, dan terkadang ga serius ngobrolnya. Alias suka ngobrolin ga penting. Sekarang serasa kaku. Selera humorku jadi tertekan.

Sorry guys, aku mengeluh.

Tausahlah kau komentari 

Rabu, 13 November 2019

Nanti aku bakal jadi apa?

Menjadi guru itu tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, tetapi juga memberikan keteladanan yang baik dan mampu memotivasi siswanya, terlebih ketika sang siswa sedang dalam keadaan down. Itulah saatnya guru harus mampu membangkitkan semangat hidupnya.
Dan masih banyak peran-peran guru lainnya, yang tak akan aku sebutkan. :D

Malam ini, seperti biasa, aku nge-Les alias mengajar secara private mata pelajaran matematika khususnya, boleh pelajaran lain sih.

Siswiku yang satu ini sudah kelas IX di sebuah SMP Islam. Jadi fokus belajar kami adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

Siswiku ini cerdas, memiliki daya nalar yang cukup baik. Dia mendapat peringkat pertama di kelasnya saat pembagian raport bayangan hasil PTS. Ternyata, predikat yang diraihnya ini membuat ia terbebani karena merasa harus mempertahankan 'peringkat pertama' di pembagian2 raport berikutnya. Alhasil setiap setekah belajar, dia selalu curhat "Bagaimana jika hasil PAS nanti tidak lebih baik dari hasil PTS mbak?"
Dia juga panik memikirkan UN dan US nanti karena dia merasa terlalu banyak pelajaran yang harus diulang kembali belajarnya. Dan curhat lainnya yang intinya dia panik.

Nah di sinilah guru berperan. Harus mampu membuat murid tenang namun tidak berleha-leha. Tetap terus kuatkan ikhtiar dan do'a. Jangan panik. Hadapi saja.

Saya Kiraaaa

Oke aku akan ungkapkan prasangka-prasangkaku yang dulu dan fakta-fakta yang tampak di mataku...
Kata kuncinya saya kira artinya prasangkaku, sedangkan ternyata artinya fakta yang tampak.

Saya kira, kamu baik...
Ternyata baik bangeeet...

Wkwk
Nah itu contohnya yah.

Mulai:
Saya kira ...

Mamah Jangan Kerja!

Sejak dua bulan yang lalu, kegiatan rutinku di hari Rabu pukul 14.00 adalah mengajar, les private matematika, siswa kelas 6 SD.

Hari ini (Rabu, 13 November 2019) pun begitu...

Muridku ini merupakan anak kedua dari seorang dosen (perempuan) di Universitas tempatku kuliah. Dia memiliki adik laki-laki berusia 6 tahun, masih kelas 1 SD.

Seperti yang aku ketahui, jam kerja dosen sebagai PNS ternyata tidak full dari pukul 07.00-16.00 seperti para guru atau PNS di instansi lainnya. Tapi entah yah aku pun tak begitu paham.

Kebetulan, hari ini si ibu sedang ada di rumah. Namun sekitar pukul 14.15 ada yang menelpon beliau, sepertinya dari rekan kerjanya di kampus.
(Note: aku ga niat 'nguping' ko, tapi emang kedengeran telponannya).

Refleks, si Ade (adiknya muridku) berteriak, "Mamah jangan kerja soree!" Dengan lantang...

Si ibu tidak langsung merespon teriakan si Ade. Sepertinya sih berpikir dulu dan tampak diskusi dengan si bapak (suaminya). Entah aku tak tahu apa yang dibicarakan.
Keputusannya, "Yaudah Mamah ngga ke kampus dulu sekarang."

Tentu si Ade bahagia dong. Tampak keceriaan di wajahnya.

Apa yang dilakukan si Ade selanjutnya? Dia hanya bermain sendirian, tak menghiraukan mamahnya.

Nah, dari kejadian ini aku petik hikmahnya bahwa kerinduan seorang anak terhadap orangtuanya yang bekerja seharian itu sebenarnya sederhana, tidak minta apa-apa, cukup kehadiran di dekatnya.

Sekian.
Maaf kalau ngga puitis. Hehe :D

Selasa, 12 November 2019

Viral 11.11

Satu hari yang lalu merupakan salah satu hari cantik dengan tanggal 'lumayan' unik, 11-11-2019.
Yaps, di tanggal tersebut banyak moment yang dibuat unik juga. Misalnya saja para agen 'ol-shop' memberi diskon 11% bahkan ada harga makanan yang cuma Rp 11,00. Begitulah.

Tapi yang lebih viral lagi adalah pada tanggal tersebut ada Pembukaan Pendaftaran CPNS di Indonesia.

Siapa yang tak gembira dengan kabar tersebut?
Siapa ya?
Mungkin ada, tapi tidak banyak.

Batas pendaftarannya adalah sampai tanggal 24 November 2019. So bagi kalian yang belum daftar, silahkan daftar. :D

Aku panggil dia 'Dho'

Aku tinggal di sebuah kampung bernama PP (inisial aja). Di sini aku berteduh di sebuah ruangan berukuran 3x3 (kurang lebih sih). Ngekost...
Kebetulan kamar kost'anku bersebelahan dengan rumah ibu kost. Bahkan ada pintu penghubung dengan dapur rumah beliau.
Di sini ada 5 kamar yang disewakan.

Tetanggaku, penyewa juga, adalah satu keluarga kecil yang terdiri dari empat kepala. Ayah-ibu & dua anak laki-laki kecil, kisaran usia 4 tahun dan satu lagi masih bayi, mungkin baru berusia 6 bulan. Entahlah, aku emang ga terlalu dekat dengan tetanggaku itu. Sebatas menyapa, just say hi...

Anak laki-laki kecil usia 4 tahun itu berwajah manis dan ganteng, jika sudah besar kemungkinan banyak yang naksir. Wkwkw
Aku panggil dia 'Dho'...

Mungkin teman-teman di sini dapat menebak namanya. Ya kan?

'Dho' ini anak yang mandiri, tidak cengeng, dan pandai bergaul. Terlihat dari kesehariannya yang selalu bermain ke sana-ke mari tanpa didampingi orangtuanya. Karena Ayahnya bejualan dan ibunya menjadi asisten rumah tangga di sebuah perumahan yang tidak jauh dari kampung PP.

Setiap pagi aku lihat 'Dho' main-main di halaman rumah entah mengorek-orek tanah atau apa. Sendiri. Pernah suatu pagi dia diajak ngobrol dengan ibu kost, kemudian 'Dho' bilang "Aku laper bu", akhirnya ibu kost memberinya makan.

Melihatnya, aku jadi teringat masa kecilku yang manja. Jadi sedih. Dan sebal sendiri. Kenapa aku manjaaaa... Heummm

Melihat 'Dho' yang tampak mandiri sepertinya tidak pernah mengeluh atau merajuk kepada orangtuanya. Hebat.

Dari anak kecil ini aku dapat mengambil beberapa 'pelajaran hidup'.
Terima kasih 'Dho'.

Senin, 11 November 2019

Tak habis pikir~

Aku temukan sebuah kenyataan...

Pahit rasanya untuk kuceritakan...

Tak pantas...

Tapi kalian semua harus tahu.

Pengaduan seorang siswa kepada gurunya yang dipercaya tak akan membicarakan di luar ruang adalah ungkapan kejujuran. Murni. Tanpa 'bumbu'.

Nanti aku ceritakan apa yang diungkapkan oleh siswaku itu. Nanti. Tidak sekarang.
Penasaran?
#PCdiKolomKomentarYaa

Adikku Sayang (3)

(Untuk terakhir kalinya)

Aku,
Anak bungsu.
Terkahir.
Kesayangan.
Harapan.
Segalanya.

:D

Tapi adikku banyaaak banget...
Aku temukan mereka di bangku kuliah.
Mereka terdiri dari Pelajar dan Mahasiswa.

Oke, adikku yang Pelajar.
Aku temukan di akhir masa kuliahku. Saat aku semester delapan. Mereka bertiga. Beda ibu & bapak. Jelas. ^_^ haha

AQA
Adik yang paling ceria, lucu, menggemaskan dan selalu bikin kangen. Aku sangat bahagia ketika dia menyapaku 'teh' dengan senyumannya yang khas dan manis.

Aku takut kehilangan senyumannya, pasalnya aku pernah membuatnya kecewa. Beruntungnya, dia anak yang baik hati & pandai balas budi. Ketulusan senyumnya terasa hingga ke hati.
Sebuah syair lagu "Senyuman dari hati, jatuh ke hati", itulah yang kurasakan.
Ya Allah, semoga adikku ini selalu jadi adik yang baik, anak yang shaleh & berbakti. Aamiin...

QJI
Pendiam, tak banyak tanya, dan penurut. Meski masih tampak kekanak-kanakan, tak apa, itulah bukti bahwa dia anak yang ceria sesungguhnya.

Pendiam dan pemalu, cukup menyapaku dengan senyuman. Ketulusan. Menggemaskan.
Tak mampu aku mendefinisikannya lebih lanjut. Cukup bahagia dengan perkembangan belajarnya  yang tambah semangat. Alamdulillah.

FN
Cool, berkharisma.
Banyak tanya, tapi hanya seputar hal PENTING saja. Dan susah dihubungi. :D
Bagus, jarang mengoperasikan handphone adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh remaja millenial saat ini.
Pertahankan yah sayang :)

Hmmmm
Aku tak tahu, apakah ada peluang bahwa mereka akan membaca tulisanku ini? Pasti ada. Entah berapa persen kemungkinannya.

^_^

Adikku Sayang (2)

(Sekali lagi)

Aku,
Anak bungsu...
Enam bersaudara.

Aku temukan adik-adikku ini di suatu moment yang dulu pernah aku takuti bila terjadi. Meskipun aku tahu pasti akan terjadi. Dan memang harus aku hadapi, sendiri.

Aku temukan adik-adikku ini di suatu tempat di mana aku menghadapi suatu 'moment' menakutkan itu.

Yah, aku temukan adik-adikku ini di sekolah tempatku 'do a research'.

Mereka...
Anak-anak yang cerdas, berprestasi, berakhlakulkarimah, dan sholeh.

Rasa sayangku kepada mereka mungkin tak akan pernah terucap. Tak kan mungkin.
Aku mewujudkan rasa sayangku dengan caraku. Aku ingin membantu mereka di setiap moment yang bisa aku bantu.

Sayangnya... Tak mudah bagiku untuk menemui adik-adikku ini. Tak mudah. Kecuali atas izin-Nya. Aku hanya dapat menemui mereka di saat-saat tak menentu. Tak bisa setiap saat. Sampai-sampai aku sering memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk bisa bertemu dan bercengkrama dengan adik-adikku itu.

Tak dapat berjumpa, bukan berarti mereka tak mau menemuiku. Hanya saja aku yang tak pernah bilang bahwa aku ingin bertemu dengannya.

Aku cukup bahagia meski hanya mampu melihat mereka dari kejauhan, itu artinya mereka baik-baik saja. Dalam keadaan sehat.

Bahagiaku akan membuncah kala dapat melihat mereka tersenyum. Cukup. Cukup membuatu SANGAT bahagia. Ya Allah, Alhamdulillaah.

Adik-adikku sayang,
AQA, QJI, & FN...
Semoga selalu bahagia dan tercapai cita-cita mulia kalian... Aamiin.

Adikku Sayang (1)

Aku,
anak bungsu...

Ketika usiaku sekitar 2 tahun, ibuku mengandung. Tapi entah di usia kandungan berapa bulan, ibuku keguguran. Jadi aku gapunya adik. Sampai kapanpun.

Tapi, sekarang aku punya adik.
Banyak dan sudah besar.

Aku terharu karena memiliki mereka, adik yang manis, mandiri, penyayang, pengertian, dan pandai menghibur.

Aku temukan adik-adikku ini di suatu tempat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, tempat yang nyaman seperti rumah keduaku.

Di banyak kesempatan, adik-adikku ini selalu bisa membuatku tersenyum tertawa dikala aku sedih, meskipun mereka tak tahu aku sedang sedih kala itu.

Aku selalu datang kepada mereka,  aku akan cerita panjang lebar di kala aku bahagia. Aku pun datang kepada mereka di kala sedih tanpa menceritakan kesedihanku, karena ku tahu mereka pasti akan membuatku ceria tertawa kembali tanpa diminta.

Ya Allah, selalu bahagiakan mereka sepanjang waktu. Jadikan mereka pemuda yang sukses di setiap langkah baiknya. Aamiin... :)

Kemarin...11-11-2019 tanggal cantik.

Akan selalu ku ingat moment kemarin malam, aku datangi adik-adikku saat aku merasa kecewa karena sebuah pekerjaan. Tapi aku tak menceritakan hal itu.
Saat aku datang, adik-adikku sedang bercengkrama ria sambil memasak makan malam. Salah satu adikku bertanya, "Teteh mau ikutan makan kan?"
Kujawab 'tidak' karena sedang tidak mood untuk makan dan ga terlalu lapar. Mereka sepertinya kecewa. Hingga selesai masak mereka terus membujukku untuk makan bersama dengan caranya, "Teh Al harus makan, kalau ga ikut makan aku ga jadi ngerjain 'tugas' loh!"
Salah satu adikku ini memang sedang banyak tugas, tugas kawakan sejak setahun lalu yang tak kunjung selesai. Aku pun sudah kehabisan kesabaran untuk membujuknya segera mengerjakan tugas tersebut.

Akhirnya aku ikut makan bersama dengan harapan adikku ini semangat untuk segera mencicil tugasnya.

~

Sambil makan biasa kita ngobrol-ngobrol ringan. Adikku-adikku ini profesional, chef kreatif. Sambil makan malam, mereka sambil membuat 'teh thai'.

Sajian pertama teh itu dia buatkan untukku, tak boleh ada yang mencicipi sebelum aku berikan testimoni hirupan pertama teh itu.

Ya Allah betapa bahagianya aku 'memiliki' mereka.

Sabtu, 09 November 2019

Guru Selamanya

Beberapa bulan lalu, aku pernah diminta menjadi guru pengganti di salah satu sekolah Favorit di kota tempatku mengais rezeki.
Tidak lama, hanya empat hari. Selama empat hari tersebut aku berkesempatan mengajar di enam kelas yang terdiri dari dua kelas program Mipa dan empat kelas program IPS. Yaps, aku Mengampu mata pelajaran matematika wajib kelas XI.

~
Jauh hari sebelumnya, mungkin sekitar dua tahun sebelumnya, aku pernah mendapat nasihat dari seorang kakak tingkat yang baru saja selesai tugas PPLK. Begini nasihatnya:
"Kalau ingin dihargai dan disayang oleh anak murid PPLK, cara kita mengajar harus lebih baik dan menarik daripada guru aslinya."
Dalam benakku, benar juga yah. Setuju.
~

Nah, ketika aku menjadi guru pengganti, mungkin cara mengajarku ini lebih enak dan penjelasanku lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Bukannya aku berbangga diri atau memuji sendiri yah, tapi begitulah pernyataan yang diungkapkan langsung oleh siswa-siswiku. Mereka ingin tetap diajar olehku hingga mereka kelas XII.

Aku tahu itu rasanya tidak mungkin, karena untuk menjadi guru honorer saat ini tidak mudah dan sekolah pun rasanya tidak sanggup memberi honor. Karena memang tidak ada anggarannya. Walapun mungkin saat ini aku tak begitu mengharapkan honor, tapi tak dapat dipungkiri juga suatu saat aku pasti membutuhkan honor untuk dapat menyambung hidup. Meskipun aku tahu begitu banyak pintu rizki terbuka lebar. Tak hanya satu. Yang penting kita mau mendatangi pintu itu.

Aku hanya berharap kepada Yang Maha Kuasa jika Dia menghendakiku untuk menjadi guru di sekolah tersebut, tidak akan ada yang bisa mencegahnya.
Begitupun sebaliknya, jika Dia tidak menghendakiku untuk menjadi guru di sana, sekeras apa pun aku berusaha tak akan mungkin terjadi. Wallahu a'lam.

Tapi siapa yang tahu, jika seluruh siswa berdo'a  agar aku menjadi gurunya, maka Allah pasti tidak segan untuk mengabulkannya.

Aku hanya bisa tawakkal atas kehendak-Nya.

Mengajar Matematika untuk Anak Guru Matematikaku

Ga pernah terpikir sebelumnya...
Ga nyangka.

Saat aku MTs dulu punya guru favorite, beliau guru matematikaku saat kelas IX.
MTs ku ini terletak di Kabupaten Serang, dekat kotaku tinggal, Kota Cilegon. Ya karena dulu belum ada sistem zonasi sekolah, 90% anak orang tuaku sekolah di luar kota...hehe (berasa jauh, padahal ga begitu ko).

Aku melanjutkan SMA pun sama di luar kota, tapi masih se-Kabupaten dengan letak MTs ku. Dekat. Tinggal naik angkot sekali.

Back to the topic...

Saat aku kuliah di Kota Serang, ternyata guru Favoritku ini mutasi ke MTs di Kota Serang juga. Baru aku ketahui pas aku kuliah semester akhir.

Beliau menghubungiku via WA, ngajak ketemuan di MTs tempat beliau mengajar sekarang. Aku seneng banget dong, silaturahim. Ternyata beliau minta tolong aku untuk mengajar Les di sekolah tersebut. Aku terima. 

Alhamdulillah, menjalin silaturrahim memang mendatangkan rezeki.

Dua minggu lalu, sebelum aku tulis tulisan ini. Beliau minta tolong lagi agar aku jadi guru private matematika anaknya.

Nah  ini...
Aku jadi guru matematika untuk anak guru matematikaku~ :D

Unique~
Merasa spesial~
Alhamdulillah mendapat kepercayaan seperti ini ya Allah.
^_^

Selasa, 05 November 2019

Cita-Cita Ibu Guru

Ba'da Maghrib...

Sejak dua bulan lalu, setiap hari selasa sore Aku berangkat menuju sebuah perumahan yang tidak  begitu jauh dari kost'anku. Cukup jalan kaki sekitar 15 menit.

What will i do there?

_Menjemput rizki_

Yaps, untuk menyebarkan 'ilmu yang telah Aku peroleh semasa berstatus sebagai pelajar/mahasiswa.

Paham??

Aku menjadi guru private seorang anak dokter klinik kampus, perempuan kelas IX SMP saat ini.

Di tengah pembelajaran, entah bagaimana alurnya, siswiku bertanya, "Mba waktu kecil cita-citanya apa?"

Kuceritakan asal muasal cita-cita kecilku untuk menjadi seorang astronaut...

Mau tau cerita lengkapnya? PC di kolom komentar yah gais ^^÷

Minggu, 03 November 2019

"Ibu MatPem" or "Kakak Fisika"

Akuu....

Yaps, mau ceritain tentang diriku. No comment yah...

Status 'pengangguran'ku hanya berlaku di pagi hari terhitung sejak 2 Oktober lalu. Sejak saat itu aku sudah tidak mengajar pagi hari di sekolah, tugasku sebagai guru pengganti selesai di awal bulan Oktober. Selama satu bulan September 2019, aku menjadi guru 'pengganti', jadilah dipanggil 'ibu' oleh 'anak-anakku'. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, tapi yang ke-sekian kalinya.

Seperti biasa, aku gamau dipanggil 'ibu' karena aku merasa masih muda. Hehe
"Panggil saja kakak/teteh", ucapku di dalam kelas. Tapi anak-anak merasa enggan, karena statusku ya sebagai guru harus dipanggil 'ibu guru', begitu kata mereka. Yaudahdeh :D

Di sekolah pagi itu, aku mengajar mata pelajaran 'Matematika Peminatan' untuk kelas X (ada 8 kelas) dan kelas XI (ada 2 kelas). Yaps, aku mengajar sebanyak 10 kelas, 32 jam pelajaran dalam sepekan. Di pekan pertama saya hampir sakit, kelelahan, karena belum terbiasa. Alhamdulillah di pekan-pekan berikutnya badanku sudah bisa beradaptasi.

Dari sekian banyak siswa, ada yang bilang "Ibu usianya berapa? Kayanya cocok dipanggil 'kakak' daripada 'ibu', keliatannya masih terlalu muda".
Ouch aku bahagiaa dibilang muda... Emang masih muda sih. Hehehe

SEKARANG...
Aku mengajar kelas sore saja, di sekolah yang berbeda. Perlu kalian ketahui yah, dua sekolah ini memiliki persaingan yg cukup sengit, sama-sama bagus, memiliki kualitas tersendiri di bidangnya masing-masing. Dan siswa2nya saling kenal, karena mereka rata-rata berasal dari MTs/SMP yang sama. Temenan.
Jadiii...
Di kelas sore ini, aku mengampu mata pelajaran "FISIKA" untuk kelas X. Kebetulan di kelas sore ini peraturannya tidak terlalu ketat, karena hanya 'Les/tambahan belajar'. Manggilnya  boleh apa saja  boleh ibu/kakak/teteh, belajar sambil makan, boleh mengoperasikan handphone, bahkan 'main' sosmed seperti instagram dsbLah...

Kebetulan ada anak yang live instragram  saat pelajaran berlangsung. Saat aku ngasih penjelasan. Ternyata ada temannya siswaku yang komentar, kebetulan dia siswaku juga yg di kelas pagi. Kalau tidak salah isi komentarnya begini:
"Itu ibu MatPem bukan sih? Mirip."
#MatPem: Matematika Peminatan

Jadilah siswaku yg live ig ini nanya ke aku, "Ibu ngajar Matpem di SMA X?"
Barulah aku cerita bahwa aku sesungguhnya guru Matematika yang lintas ke Fisika. Hehehe

Begitulah...

Selempang Namaku

Hmmm...

Entah sudah menjadi budaya para mahasiswa tingkat akhir atau emang lagi nge-trend  di masaku saja? Apaan? Selempang nama.

Beberapa tahun terakhir ini aku sering lihat mahasiswa2 yang baru beres sidang mendapatkan selempang nama+gelar sarjananya. Entah itu pemberian teman atau sengaja membuat sendiri kemudian dititipkan ke teman, jadi seolah-olah diberikan oleh teman. Hahaha. Ini nyata, ada, temanku. Maap maap...

Aku sendiri bagaimana? Saat kelulusanku, terhitung hari sesaat setelah sidang, ya seperti biasa, bahagia, foto-foto + dapet hadiah dari temen. Tapi aku ga memakai selempang nama+gelar. Kenapa? Ga ada yang ngasih, juga ga niat membuat sendiri. Wkwkw...
Gapapa sih, ga penting soalnya. Bukan kebutuhan atau apa.

Ada beberapa temanku yang emang nge-genk sengaja memesan/membuat selempang nama+gelar itu, tuker-tukeran masang selempangnga. Ya Allah. Niat banget. Hehe

Satu lagi, kebetulan banget aku punya temen, yang sebenarnya dia juga punya genk tapi mereka ga ngebuatin selempang nama untuk temanku ini. Akhirnyaaaa dia minta tolong aku untuk memesan selempang tersebut tapi dia bayar sendiri (ga aku bayarin :D), plus minta diselempangin pas hari kelulusannya nanti. Segitunya yah, lucu jadinya. Aku sih nurut2 aja,. Mudah-mudahan temanku ini bahagia & tambah semangat... Aamiin...

Plis, ini cerita ga penting yah, gausah dikoment :D

Nikmati saja alurnya.

Jika Aku besar nanti-

"Mau jadi apa kamu?"
 Itulah kalimat yang terlontar dari seorang ibu kepada anaknya yang tak mau sekolah, pagi ini.

Seperti biasa, setiap hari Senin pagi aku berangkat dari rumah ke kostan. Hari ini tak seperti biasanya, aku turun depan kampus dan melewati kampus untuk ke luar dari gerbang belakang. Melewati gang-gang kecil untuk bisa sampai kost'an. Tak sengaja aku melihat seorang ibu berdiri tepat di mulut pintu menasehati sekaligus bertanya (dengan nada keras) kepada anak laki-lakinya...

"Mau jadi apa kamu kalau sudah besar? Sudah kelas enam, bukannya makin pintar malah makin bodoh. Lihat yang jauh-jauh dari Tangerang saja mau sekolah, kamu yang dekat tidak mau!"
Kira-kira seperti itu bunyinya...

Di sana tidak hanya mereka berdua, tapi ada juga sang ayah yang sedang menggendong anak perempuannya yang masih kecil, adik dari si anak laki-laki kelas 6 tadi sepertinya. Juga ada seorang lagi anak laki2, mungkin temannya.
Sang ayah diam saja, mungkin bingung atau apa, bisa jadi menerapkan prinsip 'diam itu emas', tidak ingin memperbesar masalah. Biarkan si ibu yang bertindak... Maybe...hehe

Aku yang kebetulan lewat hanya menundukkan kepala, berlalu begitu saja... Ya mau gimana? Aku ga mau ikut campur.

Dari kejadian itu, aku teringat masa kecilku saat masih SD, pernah ingin "mogok" sekolah, tepatnya saat kelas 2 SD dan kelas 6 SD. hehehe. Memalukan memang.

Kenangan yang cukup mengesankan.
Sekian.

"Ma, Aku mau ke Jepang"



Tadi pagi...
sekitar jam tujuh’an.
Kakaku nelpon, katanya “Ma, hari ini saya mau berangkat ke Jepang. Mohon do’anya yah.”

Do’a restu dari orangtua sebagai pengantar untuk meminta keselamatan dunia akhirat. InsyaAllah manjur.

Ya seperti biasa, kakaku yang tinggal jauh dari orangtua SELALU menelpon emak jika ada kegiatan ke luar kota atau luarnegeri. Atau kalau ada kegiatan apa saja, pasti nelpon untuk minta do’a emak.
Bentar doang sih nelponnya, to the point karena emang buru-buru kayanya. Ga basa-basi. Paling Cuma dua menit. Kelar. Tutup telpon.

Cukuplah.

PONAKANKU yang kebetulan “nguping” akhirnya bertanya, “Mak Ua, emang om ke Jepang mau ngapain?”
Emakku bilang, “Paling juga mau ceramah kaya dulu pas ke Filipina (maksudnya menjadi pembicara dalam acara seminar, Cuma emakk ga ngerti hehe)”
Langsung dong ponakanku bergumam “Ceramah Matematika yah, hmmmm… “.
:D

Emang sih, kakakku pas nelpon ga bilang mau kegiatan apa di Jepang. Buru-buru.

PENGANGGURAN

PENGANGGURAN

Apa yang Kamu pikirkan ketika ‘baru banget’ ngebaca judul ceritaku ini?

Hayooo bilang (di kolom komentar yah :D)…
Aku coba tebak isi pikiranmu yaah…

Pengangguran berarti: lagi ngga kerja/ lagi diem di rumah aja/ ga kemana-mana karena gada kegiatan di luar/ ga punya penghasilan/ bikin mata orangtua sepet karena ngelihat kita di rumah ‘cemenut’ aja/  online mulu karena lagi cari loker/ apalah-apalah… haha

Ada yang mau nambahin? bilang di kolom komentar aja…

OKE jadi ya beberapa frasa di atas , selain tebakanku tentang isi pikiranmu, juga isi pikiranku.. hehe. Jelas dong, aku yang nulis, ya aku yang mikir… wkwk

JADI GINI GAN…
Sebenernya aku mau ceritain keadaanku saat ini (pas lagi nulis ini, bahkan sejak sebulan yang lalu). Aku kan bisa dibilang freshgraduate ya, baru lahir ke dunia nyata, yang kata orang-orang mah ‘dunia rimba’. Dunia yang harus dihadapi dengan sikap dewasa. Soalnya kalau status kita masih pelajar/mahasiswa kita dianggap masih labil. Belum dewasa.
(Kata siapa? Kata SAYA. Hahahaha)
Ya gitudeh,.

Sebenernya aku dah bisa ‘nyari uang’ sejak jaman SMA yah dengan cara jualan ES dan ngajar Les sepupu aku. Lumayanlah dari jualan ES kalo laku semua (sekitar 30 buah, dijual seribuan) aku dikasih duit 1x104 oleh Bibiku yang emang pemilik e situ. Akumah jualin doing. Awalnya aku jualan bukan untuk ‘nyari uang’, niatku justru untuk ngebantu Bibiku itu, yang baru ditinggal wafat suaminya, aku kasihan. Soalnya beliau untuk bisa hidup ya dari gaji almarhum pamanku itu, karena sudah wafat jadi ya yang bantuin anak dan menantunya. Menurutku ya kurang. jadi aku niat bantu ‘cariin duit’ gitu. Bukan aku sok kaya, aku juga hidup pas-pasan ngandelin belas kasih kakaku yang udah kerja, kalo ga gitu ya aku gabisa sekolah. Hmmmm Alhamdulillah banget.

Ngajar Les untuk sepupuku? (khawatir ada yang nanya) kenapa mesti dibayar? Oke ya, sekali lagi, niat awalku emang bukan untuk ‘nyari duit’, niatnya bantuin sepupuku yang kebetulan waktu itu masih SD kelas 6. Pengen belajar lebih baik. Ya sebagai ucapan terima kasihnya (mungkin yah) bibiku ngasih aku uang untuk ongkos+jajan sekolah, lumayan sih dikasih tigapululimaribu, pas. Ga kegedean. Alhamdulillah… rutin tuh setiap seminggu dua kali pertemuan. Tapi Cuma satu semester. Saoalnya pas aku semester II juga mau fokus persiapan UN SMA.

PAS AKU LULUS SMA… baru nih aku NIAT ‘NYARI DUIT’.
Ya gimana ga niat, aku benar-benar jadi seorang PENGANGGURAN sebagiman terdefinisikan di awal ceritaku itu. Udah ga sekolah, ga kuliah juga. Jadi statusku BUKAN Pelajar/Mahasiswa. Ngarti?

Aku jual jasa, jasa terima pesanan sketsa wajah. Harganya aku awal pas promo, untuk satu wajah di kertas ukuran A4, 65 ribu, udah aku kasih bingkai, gratis ongkir, berwarna pula. Murah kan?
Pas udah ga promo? Aku naikin 10 ribu. Hehe MURAH BANGET. Mana ada sketsa wajah dijual harga segitu? Yang aku tauyah minimal 100 ribu (tahun 2014 loh itu).

Sekarang MASIH JUAL/TERIMA JASA PEMBUATAN SKETSA WAJAH juga koooo… boleh calling-calling akuu, PC di kolom komentar yah :D

PAS AKU KULIAH
Tiga bulan pertama kuliah aku ya biasa, mahasiswa yang masih suka kupu-kupu. Di bulan ke-empat aku dapet tawaran mengajar Les Private, ditawarin temenku. Untuk mengajar pelajaran MIPA Kelas XI. Pelajaran MIPA apa saja? Matematika, Fisika, dan Kimia. Yaa yang itung-itunganlah. Aku sanggupin karena aku merasa MASIH BISA tuh pelajaran itumah, masih inget, anget, apalagi setelah aku berjuang ‘hidup-hidupan’ untuk keterima kuliah, aku babat semua pelajaran secara mandiri. Sendiri. Di kamar. Bosen? Iya, tapi gabisa gerak. Bagitulah. Semoga para pembaca sekalian ga ngalamin apa yang aku alamin selama SETAHUN itu.

Jadilah aku PUNYA PENGHASILAN… Yuhuuuy lumayan. Tapi hanya bertahan empat bulan saja. Haha

Lika-liku terkait nge-Les aku dah banyak, panjang banget kalo diceritain semua. Capek ngetiknya. :d
Selain nge-les, aku juga sempat jualan jajanan di kelas. Jual Pulpen & bros juga aku pernah. Pokoknya ya aku dapet titel ‘pedagang’ gitulah. Pusing sih, bikin kurang fokus belajar. Tapi lumayan dapet duit. Haha dassar.

SEMESTER DELAPAN aku dah ngajar di sekolah, sekolah bagus, SMA. Walah hanya 2 bulan menjadi guru infal/pengganti guru yang sedang cuti.

LULUS KULIAH bisa dibilang pngengguran, bisa. Dibilang bukan pengangguran juga aku setuju. Jadi saat ini aku sedang dalam posisi ‘antara’ menganggur dan tidak… Loh ko???

Nanti aku ceritain kelanjutannya yah… hehe

NGOBROL SANTAI DENGAN MANTAN REKTOR


HELLO BRO & SIST...

Kisah ringan, sederhana, dan biasa aja ini spesial di hatiku...eeeaaaahh...


Tepatnya hari Kamis tanggal 31 Oktober 2019 pukul 9 pagi lewat dikitLah yah, saya keluar dari kostan dengan niat untuk pergi ke Perpustakaan Daerah, tapi sebelumnya saya akan membeli makan untuk sarapan sekaalian memfotocopy soal olimpiade untuk bahan mengajar hari Sabtu.

Entah mengapa saya lewat jalan belakang yang artinya harus melalui gerbang belakang kampus dan masuk area kampus. Oke. Baru jalan sebentar saya melihat seorang pria yang ‘tampak’ mirip dengan seseorang yang saya kenal, seorang teman SMA yang sedang kuliah di Universitas Brawijaya Malang, saya pikir sih yah hanya mirip. Tapi semakin saya mendekat (karena harus melewati tempat dia duduk), dia tersenyum pada saya (padahal saya memakai masker loh yah). Kaget sih. Ternyata dia benar-benar temanku itu. MasyaAllah. Udah lama banget ga ketemu, saya ingat sih terakhir kali ketemu sekitar tahun 2015 awal pas dia mampir ke rumah. Setelah itu tidak pernah bertemu lagi.

Ngobrol ngobrol ngobrol… ternyata dia sedang menunggu seorang dosen FISIP yang janji untuk bertemu pukul 08.00, tapi karana ada suatu hal akhirnya lewat dari jam yang dijanjikan. Itulah mengapa temanku duduk sendirian, menunggu. Karena temanku itu memang dari FISIP UB juga, dia sedang masa penelitian skripsi, dan dosen FISIP di kampusku itu akan diwawancarai sebagai salah satu narasumbernya. Mantaap…

Di sela-sela kami mengobrol, dari arah belakangku, Yang Terhormat Pak ‘Mantan’ Rektor Kampusku menyapa Kami, sebenarnya beliau akan menuju ruang rektorat. Kami pun bersalaman. Beliau menanyai kami, apakah kami ini siswa/mahasisawa/siapa?
Kami jawab bahwa saya baru saja Lulus dari Jurusan pendidikan Matematika pada bulan Juli lalu. Sedangkan temanku masih mahasiswa.

Mendengar jawabanku, beliau rupanya tertarik untuk bertanya padaku lebih lanjut
“Berapa lama kuliahnya.”
“Alhamdulillah pas empat tahun pak.”
“Pas yah, bagus. Sekarang kegiatannya apa?”
“Oh sekarang saya mengajar pak, di Smansa.”
“Wah bagus tuh bisa masuk situ. Apa dulu PPLK di sana juga?”
“Benar pak, dulu PPLK di sana, kebtulan ada lowongan mengajar akhirnya saya dipanggil untuk mengajar di sana. Tapi saya bukan mengajar di kelas pagi Pak, di kelas sore.”
“Kelas sore? Memang ada yah?”
“Ada pak, khusus Les.”
“Les untuk siswa kelas XII?”
“Untuk semua kelas, yang ingin les saja tapi pak, semua mata pelajaran yang dibutuhkan.”
“Oh begitu, ada berpa sekarang jumlah guru matematika di sana.”
“Kalau tidak salah ada 8 atau 9 sih pak.”
“Oh banyak yah rombelnya, yaudah yah.”
“iyah pak”.
Akhirnya beliau pamit meninggalkan kami.
Saya merasa special pada hari itu, semasa kuliah belum pernah berbincang-bincang dengan pak rektor. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut adalah hal biasa, ngobrol doing. Tapi bagiku itu lumayan luar biasa. Hehe. Maklumlah aku hanya mhasiswa biasa yang tak dikenal banyak orang penting. Hehehe

Alhadulillah wasyukurillah…
EH btw, ada yang ingin tahu kelanjutan ceritaku dengan temanku itu? Next season yah.. see you :D