Work From Home
Adalah sebuah frasa yang mulai populer sejak pertengahan Maret 2020.
Secara bahasa berarti "bekerja dari rumah". Yaps, frasa tersebut menambah kekayaan ragam bahasa populer.
Merambahnya Virus Corona-19 ke Indonesia di awal tahun 2020 memaksa hampir sebagian masyarakat Indonesia melakukan WFH. Termasuk pelajar dan mahasiswa, mereka pun
Studying From Home secara daring (dalam jaringan)/
online dengan bantuan seperangkat aplikasi tertentu, dan pastinya harus didukung akses internet yang memadai.
Cukuplahyah prolognya. Ga tahan mesti pakai bahasa baku. Hehe
Aku pengen ceritain kegiatanku selama WFH ini.
Sebenernya sedih sih kalau diceritain semua, jadi aku bakal cerita sebagian yang "ngga terlalu" memprihatinkan, takut kamu sedih. T_T
Di bulan Maret kemarin aku masih bekerja di salah satu sekolah (SMA Negeri) yang lumayan hits di Kota Tetangga (tetangga Kota tempatku tinggal). Kerjaanku adalah menggantikan tugas mengajar seorang guru yang sedang cuti.
Inget banget waktu itu hari Kamis tanggal 12 Maret, di waktu senggang aku diajak ngobrol oleh salah satu rekan kerja, "Ngajar di sini sampe kapan?"
"Perjanjiannya sih sampe akhir April".
Udah aja gtu yah dilanjut ngobrol-ngobrol lainnya.
Keesokan harinya, Jum'at, 13/3/2020, pagi-pagi ada rapat dengan kepala sekolah, salah satu isinya adalah ngebahas tentang penundaan keberangkatan study tour anak kelas XI ke Yogyakarta. Alasannya adalah karena ada surat larangan untuk mengadakan kunjungan ke luar kota karena dikhawatirkan terkena virus corona-19, surat tersebut dari Pemerintah Provinsi.
Jadi guru-guru diminta untuk menyampaikan informasi tersebut ke seluruh siswa kelas XI, nah kebetulan aku juga setelah rapat akan mengajar di kelas XI. Pas nyampe kelas, ternyata murid-murid udah pada tau duluan sebelum aku kasih tau, entah kabar itu siapa yang nyebarin duluan. Dassar anak-anak yah.
Bertepatan di hari itu pula, aku mendapat kabar bahwa hari itu adalah hari terakhir aku bekerja di sana, kabar menyakitkan ini diberitahu oleh salah satu rekan mengajar, entah atas alasan apa kepala sekolah membatalkan perjanjian awal terkait batas waktuku bekerja di sana. Sayangnya aku tak bisa bertanya langsung kepada pak kepsek. Sebenarnya ada salah satu rekan kerja yang ngasih tau kenapa aku diminta berhenti lebih cepat dari kontrak kerja yang disepakati semula, tapi menurutku itu alasan yang aneh. Alasan konyol.
Menurutku beliau pengecut, tidak mengatakan hal tersebut kepada saya secara langsung. Sibuk? So sibuk. Kenapa harus melalui orang lain? Apakah takut saya protes terkait perjanjian awal? Huh.
Tapi gabakal jugasih aku protes, akumah kan orangnya pasrah. Artinya gini, jika memang pekerjaan tersebut adalah rezekiku, maka ia akan kembali padaku dengan cara tak terduga, tetapi jika bukan rezekiku maka ia tak akan dapat aku pegang dengan usaha sekeras apa pun.
Allah Maha Paling Tahu Segalanya tentang yang terbaik untuk hamba-Nya.
Tak disangka, untuk pekan-pekan selanjutnya dari hari pedih tersebut hingga aku mengetik kisah ini, bahkan beberapa pekan ke depan diberlakukan SFH. Beruntunglah aku sudah tidak bertugas di sana lagi, jadi ga perlu ribet-ribet ngurusin anak orang yang banyaknya ga ketulungan, udah kebayang anak IPS yang susah diatur itu pasti bakal bikin rese selama WFH. HAHAHAHHA
Alhamdulillahirabbil'aalamiin...
Kapan ceritain tentang WFH-nya?
Yang di atas itu kan masih prolog sesion-2.
Dalam ruang dimensi lain, aku pun bekerja di tempat lain, bukan pengganti lagi yah sorry, ini aku udah jadi karyawan tetap (ngga bangga sih). Di sekolah favorit numero uno. Yuhuuuy... Tapi cuma sebagai guru LES aja siih... Hehe
Nyatanya nih yah, SFH ini banyak dikeluhkan oleh hampir seluruh pelajar dari tingkat dasar hingga menengah. Mereka kesulitan mempelajari SENDIRI materi pelajaran, emang karena mereka ga biasa belajar secara mandiri sih, maunya disuapi sejak 'bayi', makanya tuh gitu.
Di lain pihak SFH menguntungkan, tempat les jadi laris manis. Jelaslah, kalau guru di sekolah ga ngejelasin materi, cuma nyuruh ngerangkum terus kasih soal, maka solusinya adalah belajar di tempat les, pasti dijelasin, bela-belain bayar mahal.
Aku sebagai salah satu tutor, ngga merasa beruntung, malah rugi, kehilangan buanyak banget pekerjaan karena mesti ninggalin tempat kerja (harus pulang kampung), siapa juga yang mau di lockdown sendirian di kostan, males. Tapi resikonya 80% pekerjaanku hilang dan otomatis penghasilanku berkurang 80%. Huh. Bayangkan ada LIMA private yang harus aku skip, DUA les sekolah, dan SATU bimbelan yang aku relakan.
Tersisa SATU Les'an yang bisa dikerjakan dari rumah, SATU-SATUNYA sumber penghasilanku selama WFH ini. Alhamdulillah nikmatnya bisa bantun emak di rumah, beres-beres.
Tapi gapapalah yang penting sehat, selamat, dekat dengan orang-tua, kesayangan aku.
Mulai nih cerita WFH ku yang sebenarnya, yang di atas cuhat sedikit
Selama WFH ini aku bekerja cuma 3 hari, Senin-Selasa-Jum'at, total ada empat kelas yang aku ajar seminggunya. Jadi tiap hari Jum'at aku ngajar dua kelas.
Kegiatan WFH ku dimulai pukul 16.00-17.30 untuk hari Senin dan Selasa, dan mulai pukul 13.00-16.00 di hari Jum'at. Jadwal ini hanya berlaku hingga sebelum Bulan Ramadhan.
Memasuki Bulan Ramadhan, hari Senin dan Selasa dimulai pukul 10.30 sampai 12.00. Kalau hari Jum'at mulai pukul 10.15-11.45 untuk kelas pertama. Kelas kedua dimulia pukul 12.30-14.00.
Pasti kalian bayanginnya kalau waktu luangku melimpah. Yakan? Emang. Haha.
Tapi selain jawal di atas, aku juga butuh waktu untuk belajar lebih dulu, mempersiapkan diri untuk mengajar, nah ini yang butuh waktunya lama banget. Karena mata pelajaran yang aku ampu ini di luar basic pendidikanku, so aku mesti belajar keras lebih dulu.
Aku anak Matematika yang mesti ngulang lagi pelajaran SMA, Fisika. Sebenarnya ga jauh-jauh amat dari matematika kan? Emang bener kalau iting-itungannya aku udh di luar kepala, tapikan untuk mahami konsep dasar hingga lanjut dari setiap materinya ituloh, aku harus betul-betul paham dan mampu mengaitkannya dengan disiplin ilmu lain dan kehidupan nyata. MasyaAllah.
Aku menikmati setiap prosesnya. Bahagia banget rasanya. Bahagia bisa meyakinkan murid-muridku untuk percaya kepadaku, meski mereka tahu kalau aku bukan jebolan jurusan fisika. Mereka juga menyukai caraku mengajarkan, cepat memahami apa yang aku sampaikan. Seneng bangetlah.
Yuhuu...
________________________________
Btw, menurutku ini konyol, jadi sebelum aku ngajar, aku mesti dandan dulu, pakai minyak wangi juga, padahal kan ga kecium ama murid-muridku. Tapi aku merasa mesti tetap tampil rapi, segar, dan wangi. Tampil primalah yah, meskipun aku kerja di dalam kamar, gada orang lain yang liatin karena pintu ditutup. Mungkin kalau diliatin aneh, ngomong sendiri sambil liatin HP berjam-jam.
Inilah salah satu hikmah nikmatnya WFH, tampil cantik untuk diri sendiri. Karena belum punya suami. Hahahaha
Btw...untuk para pembaca, sebaiknya kisahku itu gausah dimasukin ke hati yah.
Ambil aja pelajaran yang terbaiknya. Singkirkan dari ingatanmu jika ada sepenggal kalimat yang tidak baik, jangan ditiru.
Thanks for reading