Pertentangan
Banten dengan bangsa Belanda terjadi setelah Kompeni melakukan monopoli dan
penetrasi politik, dan membentuk perserikatan dagang (VOC), terjadi perlawanan
besar, tepat saat Banten dibawah pimpinan pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (
1651 - 1682). Dalam hal ini bangsa Belanda melakukan politik “devide et
impera”. Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat Putra Mahkota
(dikenal dengan sebutan Sultan Haji karena pernah melaksanakan ibadah haji)
sebagai pembantu yang mengurusi urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar
negeri dipercayakan kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji). Melalui
hasutan VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya ingin
mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680, Sultan Haji
berusaha merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka antara Sultan
Haji yang dibantu VOC melawan Sultan Ageng Tirtayasa (ayahnya) yang dibantu
Pangeran Purboyo. Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Purboyo terdesak ke luar
kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa berhasil di tawan oleh VOC; sedangkan
Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar