Senin, 14 November 2016

Professional Teacher

Semua perbuatan yang kita lakukan tentu memiliki resiko, 
Termasuk ketika kita memilih untuk menjadi guru. Begitu berat tanggung jawab yang harus diemban... 
Seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:

Let's read it :)

MEMERIKSA DAN MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Salah satu aktivitas guru matematika yaitu harus memeriksa dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari Matematika. Beberapa siswa hanya sedikit mengalami masalah dalam mempelajari matematika, ketika yang lain melanjutkan masalah yang sungguh menghalangi untuk pembelajaran mereka. Nomor terbesar dari buku dan artikel tentang mengajar pembelajar lamban, mengajar siswa dengan ketidakmampuan belajar, mengajar siswa yang kurang beruntung, dan pengajaran remedial tentu membuktikan universalitas dan signifikansi kesulitan yang siswa miliki dalam pembelajaran Matematika. Di kebanyakan kelas matematika dari 20 siswa atau lebih, kemungkinan guru akan menemukan salah satu siswa yang melanjutkan masalah-masalah ringan. Itu adalah tanggungjawab guru matematika untuk mengenali spesifikasi kesulitan belajar yang dimiliki dan dialami siswa yang mana sangat membutuhkan penanganan atas masalah tersebut.
Kesulitan belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam delapan kategori berbeda—masalah tentang panca indera, ketidakcukupan mental, masalah emosional, masalah social, masalah membaca, kekurangan motivasi, kekurangan budaya, dan masalah dalam sistem pendidikan. Menspesifikasi masalah dalam mempelajari matematika yang mana jatuh di setiap kategori ini akan dibahas dalam segmen ini. Beberapa masalah dapat dikenali dan diselesaikan oleh guru, ketika yang lain mengharuskan melayani pelatih sumberdaya manusia special seperti psikolog, dokter/tabib, pekerja sisoal, dan konselor (pelayan konseling).
Proses mendiagnosa dan mengatasi kesulitan belajar adalah prosedur pemecahan masalah yang dapat diselesaikan mengguakan sebuah modifikasi (perubahan) model pemecahan masalah umum yang didiskusikan di BAB 6. Langkah-langkah dalam menolong siswa mengatasai kesulitan-kesuliatan mereka dalam belajar matematika adalah:
  1. Guru dan siswa harus menyadari keberadaan kesulitan belajar.
  2. Guru dan siswa harus berusaha mengenali pernyataan khusus dari masalah.
  3. Guru dan siswa harus berusaha mencoba untuk mengenali penyebab kesulitan belajar, yang mana harus menghasilkan dan menguji spekuasi (tafsiran berdasarkan perkiraan).
  4. Guru harus meminta bantuan murid dalam mengembangkan prosedur untuk mengatasi kesulitan belajar.
  5. Murid, dengan bantuan dari guru, harus mengangkat prosedur (cara kerja) yang harus dikembangkan untuk membantu dia (Lk/Pr) dalam mengatasi kesulitan belajar.
  6. Guru harus mengevaluasi (menilai/mempertimbangkan) keberhasilan siswa mengatasi kesulitan mereka dan juga harus mengevaluasi prosedur yang telah mereka gunakan untuk menolong siswa memecahkan masalah belajarnya.
Dalam mengingatkan sgemen penyebab kesuliatn belajar ini, cara untuk mendiagnosa kesulitan belajar dan prsedur mengatasi kesuliatan belajar akan dibahas. Semua ktivitas ini adalah subsumed di bawah enam langkah kerja umum, yang diberikan di atas, untuk menolong siswa mengatasi kesuliatan mereka dalam mempelajari matematika.

PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
            Mungkin saja siswa memiliki kesulitan dalam mempelajari Mateatika sebagai sebuah hasil dari mental panca indera, emosional, motivasi, budaya, social, kekurangan membaca atau instruksi (perintah)
Penyebab Berkaitan antara Panca indera dan Kecakapan Berbahasa
Beberapa siswa lalai untuk melakukan dengan baik dalam mata pelajaran matematika karena mereka hanya memiliki salah satu kekurangan yaitu penglihatan, pendengaran atau kecakapan berbicara. Seorang siswa yang memiliki miskin penglihatan, yang mana tidak satupun terdeteksi atau terkoreksi, kesalahan untuk memahami konsep dan prinsip matematika karena dia tidak dapat membaca definisi, contoh, dan diagram yang guru tulis di papantulis atau ditampilkan dalam proyektor. Siswa yang memiliki kesulitan dalam mendengar akan muncul menjadi tumpul dan tidak memiliki minat karena ketidakmampuan untuk mendengar dengan cukup baik untuk membedakan indtruksi dan pertanyaan yang ditampilkan oleh guru matematika. Siswa tunawicara akan malu dan tidak tanggap karena mereka enggan untuk menjawab pertanyaan dan berpartisipasi dalam kelas diskusi untuk rakut ditertawakan siswa lain atau dicaci guru karena lamban dalam merespon. Meskipun ketakutan ini tidak dijamin dalam beberapa contoh, ada, meskipun demikian, ketakutan sesungguhnya bagi siswa yang memiliki kekurangan dalam bebicara dan bisa menyebabkan kelemahan dirinya.
            Siswa yang memiliki beberapa kekurangan/cacat—pendengaran, penglihatan, atau lisan—bisa menimbulkan menjadi lamban, tidak berminat (tertutup), tidak tanggap atau tidak termotivasi di dalam kelas Matematika. Pada kenyataannya, beberapa kenyataan atau cacat fisik tertutup bisa melemahkan kemampuan atau motivasi siswa untuk mempelajari matematika.
Ketidakcukupan Mental
            Beberapa siswa mungkin tidak dapat mengasai kemampuan Matematika, konsep atau prinsipnya karena mereka memiliki kekurangan mental akibat cacat kelahiran, kerusakan otak ringan, atau keterbatasan mental kemampuan untuk berinteraksi dengan abstraksi (generalisasi). Siswa lain khususnya siswa SMP, mungkin memiliki masalah mempelajari abstrak (ringkasan) dan gagasan matematika umum karena mereka tidak menjangkau tahap operasional dari kematangan mental yang dibutuhkan untuk bertransaksi dengan abstraksi dan generalisasi.
            Model Struktur Intelektual J. P. Guilford, yang ditampilkan di BAB 3, memformulasikan (menduga) teori 120 kemampuan intelektual yang berbeda, beberapa diantaranya mungkin tidak dikembangkan di Siswa SMP yang mengalami kesulitan belajar topic matematika tertentu. Sebagai contoh, siswa yang tidak dapat memvisualisasikan seperangkat gambar dalam posisi yang bervariasi dalam ruang mungkin memiliki masalah dengan beberapa topic dalam geometri. Guru harus menantikan keadaan “normal” siswa untuk mengalami kesulitan dalam mempelajari topic tertentu dalam Ilmu Matematika karena semua kemampuan intelektual untuk mengembangkan secara simultan pada seseorang taua beberapa orang mungkin tidak pernah mencapai ketentuan dari 120 kemampuan intelektual.
Sebab Emosional
Semua siswa mengalami kesulitan emosional ringan yang secara sementara mengganggu dengan belajar Matematika mereka dan beberapa siswa memiliki maslah emosional serius yang memiliki efek signifikan dan berkelanjutan pada kemampuan mereka untuk belajar di sekolah. Meningkatnya kepadatan populasi, polusi lingkungan, perubahan nilai social dan pola keluarga yang bebas semuanya dikombinasikan untuk menciptakan tingkatan yang tinggi bagi banyak remaja. Sebagai konsekuensinya ada kemunculan menjadi level perubahan emosional yang lebih tinggi di antara siswa daripada beberapa tahun yang lalu. Ketika biasanya siswa yang baik tiba-tiba memperlihatkan petunjuk miskin motivasi dan ketidakmampuan untuk mempelajari Matematika, mungkin disebabkan factor di luar ruang kelas yang menyebabkan masalah emosional terhadap siswa.
Sebab Motivasi
Kekurangan motivasi untuk belajar matematika mungkin bisa disebabkan oleh masalah belajar lainnya atau mungkin hasil dari pengalaman yang tidak  menyenangkan dalam belajar matematika. Para siswa yang tampak secara fisik, intelektual dan emosional bisa saja lemah dalam pelajaran matematika walaupun mereka pandai dalam mata pelajaran yang lain. Beberapa siswa menemukan bahwa mata pelajaran sekolah yang lain lebih menarik daripada matematika dan yang lainnya menemukan sedikit nilai dalam keperluan upaya intelektual untuk belajar matematika, sebuah mata pelajaran yang tidak muncul untuk mengepaskan keperluan profesional mereka atau pencapaian kejuruannya. Siswa yang lainnya berupaya dalam belajar matematika bisa saja gagal dalam menguasai pelajaran dikarenakan mereka memiliki mental negative yang berasal dari kegagalan sebelumnya dan mengalami frustasi di kelas matematika. Hukuman dan kejadian negative lainnya yang berhubungan dengan belajar matematika dapat membuat ruang kelas matematika menjadi tempat yang dibenci bahkan oleh mahasiswa paling berbakat sekalipun.
Sebab Budaya
Akhir-akhir ini social dan unit pemerintahan, agensi pendidikan dan budaya harus meningkatkan usaha besar-besaran untuk mengusahakan untuk memeperbaiki ketidakberuntungan bahwa anak-anak mudah lahir dari orangtua yang tidak dapat menyediakan mereka dengan kesempatan dan sumber daya belajar dimiliki dalam sistem pendidikan. Beberapa siswa memiliki masalah belajar di sekolah karena cerminan budaya di temapat tinggal mereka itu tidak sama sebagaimana cerminan budaya di sekolahnya. Siswa2 mungkin mengalami kendala untuk mempelajari Matematika sebagai sebuah konsekuensi dari jalan mereka menggunakan bahasa inggris, tekanan dari budaya setemapat mereka di atas pendidikan formal, dan ketersediaan sumber daya di temapat tinggal mereka untuk melengkapi pembelajaran mereka di sekolah. Hasilnya, objektif dan nilai dari sistem pendidikan mungkin berbeda dari yang ditemukan dalam budaya mereka dan di beberapa kasus bahasa inggris yang digunakan di sekolah mungkin tidak menjadi ucapan negative mereka. Setiap guru harus memahami yang beberapa siswanya tumbukan dalam cerminan perbedaan nilai budaya daripada yang dipelajari oleh guru dan dicerminkan dalam sistem sekolah.
Sebab Sosial
Beberapa siswa mungkin mengalami masalah dalam mempelajari matematika karena mereka tidak dapat menyesuaikan sistem social di sekolah atupun ruang kelas. Teman-teman mereka mungkin bukan di kelas matematika mereka, barngkali di sekolah yang berbeda, atau keluar dari sekolah. Siswa-siswa yang lain mungkin saja tertutup terhadap aktivitas social, takut terhadap kegiatan kelompok dan interaksi social lainnya yang ada di dalam ruang kelas. Siswa yang baru saja berpindah ke sekolah baru mungkin memiliki masalah mempelajari matematika karena mereka tidak memiliki banyak teman di kelas dan tidak merasa bahwa mereka adalah bagian dari struktur social dari ruang kelas. Banyak siswa tidak merasa cukup untuk peduli untuk berpartisipasi dalam struktur social sekolah atau ruang kelas matematika, yang mana dapat memiliki dampak negative pada kemajuan dalam Matematika. Factor-faktor social dapat berakibat terhadap hasrat siswa untuk mempelajari matematika dan perhatian mereka untuk mengajar/mempelajari rancangan kegiatan untuk mempromosiakn keahlian dari ojek matematika.
Kesulitan Membaca
               Meskipun membaca matematika buku pelajaran dan bahan cetak lainnya adalah hanya salah satu dari banyak strategi untuk matematika, masalah membaca umum dan ketidakmampuan belajar membaca dan memahami presentasi dan eksplorasi ide-ide matematika dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar matematika. Bahasa yang digunakan dalam menyajikan konsep-konsep matematika dan prinsip dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa untuk memahami ide-ide ini. Pentingnya membaca dalam memecahkan masalah verbal dalam matematika adalah jelas.
               Sejumlah studi penelitian telah dilakukan untuk menentukan dampak dari faktor bahasa pada pembelajaran matematika dan untuk mengukur korelasi antara kemampuan membaca dan kemampuan matematika pada siswa. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan bahasa dan terminologi melakukan siswa efek penguasaan matematika dan kemampuan membaca dan kemampuan matematika sangat berkorelasi. Dengan kata lain, siswa dengan tingkat baca yang tinggi cenderung memiliki skor matematika tinggi dan siswa dengan skor membaca rendah cenderung memiliki skor rendah dalam matematika.

Kekurangan Instruksional
               Sementara banyak sumber masalah dalam belajar matematika adalah hasil dari siswa karakteristik fisik, mental, emosional, sosial, dan motivasi, sistem sekolah dan guru dapat menjadi penyebab masalah belajar tertentu. Sarana dan fasilitas fisik yang buruk dalam sekolah dan kurangnya bahan ajar dan sumber daya dapat memiliki efek negatif terhadap pembelajaran. Guru yang memiliki sedikit minat dalam mengajar dapat berkontribusi untuk siswa kesulitan belajar, dan guru yang menggunakan strategi belajar / mengajar yang tidak pantas atau tujuan pembelajaran tingkat rendah ditetapkan dapat mengharapkan bahwa siswa mereka akan mengalami masalah dalam belajar matematika.
               Ketika kuliah adalah strategi pengajaran utama dan menghafal didorong melalui tujuan dan pengujian, siswa tidak mungkin untuk memahami kemampuan matematika, konsep dan prinsip-prinsip yang sedang disajikan kepada mereka. Belajar untuk menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi ide-ide matematika, siswa harus diberi latihan dalam menggunakan proses kognitif tingkat tinggi ini. Siswa tidak akan belajar untuk membuktikan teorema dan memecahkan masalah jika guru matematika mereka memperlakukan proses-proses yang kompleks sebagai alogritms harus dihafal dan diterapkan untuk jenis masalah. Sebagian besar, jika tidak semua, siswa SMA perlu bekerja dengan representasi konkret dari konsep-konsep abstrak dan prinsip-prinsip untuk memahami mereka dalam cara yang berarti.

Teknik untuk Mendiagnosis Kesulitan Belajar
               Secara umum, peringatan, kekhawatiran dan empati yang terus-menerus membahas masalah belajar dengan siswa dan dengan konsen mengembangkan dan mengevaluasi pekerjaan rumah, tes dan kuis adalah guru yang paling mungkin untuk berhasil dalam mendiagnosis masalah belajar di masing-masing siswa. Seorang guru yang "mengajarkan untuk kelas" atau hipotetis "Rata-rata mahasiswa", sementara membayar sedikit perhatian untuk masing-masing siswa, tidak mungkin untuk menemukan sumber dari siswa kesulitan belajar.
               Beberapa guru berharap bahwa persentase kelas harus dilakukan dengan baik, persentase harus melakukan pekerjaan rata-rata, dan persentase harus melakukan buruk, guru-guru ini melalui pengajaran mereka, pengujian, dan teknik gradasi cenderung untuk menjamin bahwa siswa mereka memenuhi harapan kinerja mereka. Meskipun mungkin tidak mungkin untuk mengubah gagal siswa menjadi "A" siswa, setiap guru yang memiliki tanggung jawab untuk membantu setiap siswa mencapai potensi dirinya dan berhasil menguasai matematika di tingkat yang sesuai untuk kemampuannya. Jika Anda menduga bahwa mahasiswa memiliki semacam kecacatan karena nilai prestasi rendah, Anda harus memperhatikan bahwa siswa untuk tanda-tanda salah satu penyebab kesulitan belajar yang dibahas di atas.

Memeriksa Cacat Fisik
Cacat penglihatan, pendengaran, dan berbicara dapat ditemukan dengan memperhatikan dan kinerja siswa. Jika seorang siswa terbiasa menyipitkan mata dan menjulurkan lehernya kea rah papan tulis atau memintamu untuk membaca apa yang kamu tulis di papan tulis, kemungkinan dia memiliki masalah penglihatan. Masalah penglihatan juga ditandai oleh siswa yang membaca dengan mendekatkan hidung ke halaman atau yang memegang buku dengan menjulurkan lengannya ketika membaca. Siswa yang selalu menunjukkan menjadi penghayal dan biasanya merespon pertanyaanmu dengan “Huh?” kemungkinan memiliki masalah pendengaran. Jika kamu mencurigai bahwa siswa memiliki salah satu diantara ketiga masalah tersebut, berbicaralah secara individu, tetapi ucapkanlah pertanyaanmu dengan sopan. Lebih baim daripada menanyakan kepada umum pertanyaan seperti “Adakah seseorang yang bermasalah dengan telingamu?” atau “Dapatkah kamu membaca apa yang ada di depan wajahmu?”, secara individu tanyalah seperti, “Apakah kamu memiliki masalah membaca tulisan saya di papan tulis?” atau “Apakah kamu memenukan bahawa saya tidak berbicara dengan keras di kelas?” pertanyaan seperti yang dua tadi tidak memunjukkan sebuah ancaman pada siswa dan tidak seperti menunjukkan ketahanan tanggapan. Membicarakan tentang kecacatan adalah jelas dan harus diurus dengan rasa iba dan sensitive.
Memeriksa Cacat Mental
               Jika seorang siswa berusaha keras untuk mempelajari matematika dan berusaha setulus hati untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas tetapi masih tidak dapat menguasai matematika, itu kemungkinan dia memiliki kecacatan mental. Siswa yang memiliki masalah ekstrim dalam penguasaan matematika kemungkinan membutuhkan program dan penelitian khusus. Jika seluruh kelas gagal untuk memahami konsep atau prinsip baru, menyebabkan harus mengistirahatkan pendekatanmu terhadap permasalahan; bagaimanapun jika hanya beberapa siswa memiliki masalah itu kemungkinan karena mereka tidak memiliki kemampuan intelektual spesifik untuk mempelajari spesifikasi topic itu terhadap cara yang Anda tampilkan itu.
               Cara terbaik untuk memeriksa masalah belajar yang khusus dan umum yang mana semua siswa miliki adalah melalui menyeleksi latihan pekerjaan rumah dan ujuan pertanyaan dan menganalisis setiap tugas siswa yang mana menghasilkan jawaban yang salah. Banyak contoh yang salah dapat ditemukan dengan menganalisis langkah-langkah siswa yang salah sebagaimana mereka adalah contoh solusi siswa di dalam kelas dan latihan pekerjaan rumah. Mencoba untuk menemukan penyebab yang tepat dari setiap jawaban salah. Kamu akan biasa menemukan bahwa satu atau dua kesalahpahaman atau prpsedur yang tidak benar akan menghitung untuk jawaban yang idak benar untuk seluruh jenis permasalahan. Langkah benar lain untuk mengetahui contoh salah yang siswa tertentu adalah membuat pertanyaan untuk siswa untuk menyelesaikan malasah di tempat duduk atau papantulis mereka. Kamu dapat melihat bahu siswa dan meneliti setiap kesalahan tertentu sebagaimana dia buat.
               Kesalah tertentu munkin disebabkan karena kesalahpahaman umum, yang lainnya mungkin terjadi karena kekurangan siswa satu dari 120 kecakapan intelektual Guilford, dan masih yang lainnnya mungkin karena kecacatan mental serius. Jika siswa secara berkelanjutan membuat kesalahan yang sama di ruang kelas berbeda tetapi masalah yang berkaitan atau dengan konsisten gagal untuk menuasai materi prasyarat sebuah tipe khusus operasi mental, dia kemungkinan kurang dalam satu atau beberapa kecakapan yang diidentifikasi oleh Guilford. Siswa yang muncul menjadi kehilangan seluruh dalam mempelajari matematika, tidak ada persoalan seberapa keras dia mencoba, mungkin memiliki maslah intelektual yang serius. Kadang-kadang memisalhkan kesulitan belajar adalah bukan karena tanda bahaya atau biasa dapat diselesaikan melalui bimbingan beberapa guru privat untuk siswa ketika ada malah kecil terjadi.

Memeriksa Masalah Emosional
               Sementara suasana hati yang buruk sesekali atau perilaku dari siswa yang diharapkan, depresi berkepanjangan, penarikan, atau perilaku mungkin menunjukkan masalah emosional yang lebih serius. Masalah emosional yang serius, Wich dapat antarmuka dengan kemampuan siswa untuk belajar di sekolah, dapat disebabkan oleh berbagai situasi. antara situasi yang dapat menyebabkan masalah emosional yaitu menelan obat, kurang tidur, pola makan yang tidak benar, beberapa jenis penyakit, citra diri yang buruk karena kegagalan atau kritik, masalah pribadi yang serius, partisipasi dalam terlalu banyak kegiatan, tekanan untuk melakukannya dengan baik di sekolah dan rumah tanggung jawab. Perubahan radikal dalam perilaku yang berlangsung selama seminggu atau lebih mungkin menunjukkan masalah emosional yang serius di mahasiswa.
               Ketika siswa yang biasa bersiaga dan aktif berubah menjadi tidak aktif dan tidak semangat/lesu itu menandakan bawa perasaannya terganggu sebagai akibat dari masalah fisik dan psikologi. Menarik persepsi ilmu kedokteran tertentu untuk suatu keadaan sakit, kurang tidur, diet yang salah, atau percobaan dengan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan siswa yang biasanya aktif menjadi pendiam dan tertutup. Hiperaktivitas pada seorang siswa mungkin disebabkan oleh penggunaan macam-macam obat tertentu, tekanan social, masalah diet atau masalah medis. Pada umumnya, penyimpangan yang penting dan berkepanjangan dari biasanya mungkin gejala masalah emosi yang serius pada siswa.

Memeriksa Masalah Motivasional
Absen berulang dari sekolah, membolos, kegagalan untuk melakukan pekerjaan rumah, dan penolakan untuk berpartisipasi dalam kelas, sementara mungkin menjadi indikasi masalah emosional atau sosial yang lebih serius, mungkin karena kurangnya minat dan motivasi dalam belajar matematika. Jika seorang mahasiswa yang tampaknya tidak memiliki masalah fisik, emosional, dan sosial menunjukkan kurangnya minat dalam belajar matematika, ia mungkin kekurangan motivasi. Masalah motivasi dapat disebabkan oleh kegagalan berulang-ulang dalam mencoba untuk belajar matematika, pengalaman yang tidak menyenangkan di kelas matematika, kepribadian bentrokan antara siswa guru, atau kegagalan untuk melihat tujuan apapun dalam belajar matematika. Siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar matematika akan menunjukkan nya ketidaktertarikan dengan menarik diri dari partisipasi kelas dan kegiatan belajar / mengajar terkait.

Mengatasi Hambatan Budaya untuk Belajar
               Ketika seorang siswa memiliki masalah mempelajari Matematika tetapi tanpa factor fisik, mental, emosional social, atau hubungan sekolah sebagai penyebabnya, itu kemungkinan masalah disebabkan oleh factor budaya yang mencerminkan kehidupan di tempat tinggal siswa. Mungkin siswa datang dari keluarga kurang mampu di mana segala sesuatu yang dipikirkan di sekolah tidak dinilai dan didukung oleh keluarganya. Budaya siswa adalah bagian yang tidak dianggap sekolah dalam kehususan yang umum dan matematis sebagai sebuah cara yang layak untuk mempersiapkan untuk hidup dan pendapatn hidup.
               Berdasarkan pada John Wilson dan Mildred C. Robeck di bagian Memeriksa Kesulitan Belajar yang diedit oleh Wilson (1971):
Setiap kelompok etnik memiliki keunggulan bahwa hal yang membedakan itu sebagai sebuah kelompok. Budaya ini dipelajari anak sebelum masuk sekolah. Tradisi dari banyak orang dapat menjadi kelemahan ketika mode baru atau berbeda menjadi lebih menarik. Kelemahan budaya adalah rintangan, reaktif atau proaktif, pencampuran lama di sebuah situasi kehadiran belajar.
               Beberapa orientasi budaya adalah lebih banyak menjadi penghalang untuk merubah daripada lainnya. Bahasa ibu, ketika berbeda dari bahsa nasional, mengganggu dengan maju sebagai perkembangan individual diusia sebelum mulai belajar bahasa baru. Dikarenakan passion untuk mengisi “panci pencair” tafsiran dari demokrasi USA, sebuah gangguan adalah tetap melakukan eliminasi dan memusnahkan asset bahasa pertama untuk mengajar bahasa inggris. Suatu keharusan membuang bahsa manusia, apakah dialektis atau asing, mungkin membuatnya merasa bahwa budaya yang utuh adalah dibuang dan diturunkan.
               Beberapa kelompok etnik telah bergabung dan menolak jalan “Negara tua”. Tetapi lainnya, yang paling terkenal orang Indian Amerika, dibutuhkan untuk mempertahankan identitas budaya mereka di sebuah lingkungan yang tidak bersahabat. Akhir-akhir ini banyak orang Negro mengakui pengecualian mereka dari panic pencair dan mencoba untuk merekonstruksi identitas budaya termasuk semua kelompok orang hitam. Perawat permusuhan terhadap kelompok sentral adalah aganknya mengganggu dengan selain jadwal penguatan efektif di sekolah.
               Kelemahan budaya dapat menghasilkan dari berbagai ciri pembeda dari aspek social atau ekonomi.
               Jika kamu memiliki siswa di kelas yang memiliki permasalahan belajar Matematika dan juga keluar “aspek social dan ekonomi”adalah sebuah kemungkinan bahwa masalah mereka mungkin disebabkan, pada bagian tertentu, oleh pengaruh budaya. Meskipun pengaruh budya ini mungkin lebih besar efek dan nilai positifnya bagi individu, di luar kehendak memiliki efek negative bagi upaya seseorang untuk belajar di sekolah yang didasari set berbeda dari nilai budaya.


Mendiagnosa Permasalahan Sosial dalam Belajar
            Remaja di sekolah menengah banyak dipengaruhi oleh interaksi sosialnya dengan orang lain; pencarian mereka untuk diterima kelompoknya, berkali-kali memaksakan diri dalam belajarnya di sekolah. Siswa yang tidak mendapatkan pengakuan dari siswa lain dan tidak diterima sebagai bagian dari sebuah kelompok sosial di sekolah cenderung menarik diri dari aktifitas kelas karena mereka tidak merasa nyaman atau pantas untuk berada dalam struktur sosial di sekolah. Beberapa siswa bisa menjadi disiplin dalam usahanya untuk mendapat perhatian guru dan siswa lain, sementara yang lainnya buruk dalam matematika karena temannya juga bukan siswa yang pintar matematika. Keinginan untuk berada di sautu kelompok sosial tertentu dan bertingkah dengan gaya yang sama dengan siswa lain dapat mempengaruhi tingkah laku siswa dalam belajar matematika dan performa mereka dalam kelas matematika.
            Siswa yang memiliki permasalahan sosial mungkin berusaha memonopoli perhatian guru selama jam makan siang, waktu senggang dengan tujuan untuk berteman dengan guru untuk mengganti kekurangan pertemanannya. Siswa yang memilih tidak mengerjakan tugas rumah dan tidak belajar selama ada test biasanya mencoba mengajak teman lain. Siswa yang mencoba mengganggu kelas atau memonopoli diskusi kelas dan sesi laboratorium mungkin mencoba untuk mengumpulkan perhatian dari siswa lain melalui aksi ini dibandingkan melalui prestasi akademik. Siswa yang lain merasa banyak tekanan sosial yang mendorong mereka untuk belajar, di sisi lain mental dan jiwa mereka sehat. Umumnya, siswa yang berkepribadian sangat ekstrovert dan sangat introvert dalam kelas matematika mungkin bereaksi pada tekanan sosial dari siswa lain atau, pada beberapa kasus, dari orang tua mereka.
Mendiagnosa Permasalahan membaca
            Meskipun kebanyakan siswa sekolah menengah sudah dapat membaca, beberapa juga memiliki masalah dalam membaca kata-kata dalam buku matematika dan yang lainnya tidak bisa memahami apa yang mereka baca. Guru dapat menegetahui kesulitan siswa dalam belajar matematika dengan menyuruhnya membaca dengan keras pada bagian penjelasan, konsep, aturan kemudian menyuruhnya menjelaskan setiap kalimat yang dibaca. Guru akan menyadari bahwa beberapa siswa dapat membaca dengan benar tetapi tidak mengerti maknanya.
Mendiagnosa Kekurangan Instruksional
            Ketika sebagian besar siswa memiliki masalah dalam mempelajari sebuah topik matematika, penyebabnya bisa jadi berasal dari strategi instruksional yang digunakan guru. Mungkin metode yang digunakan guru untuk mengajarkan materi tidak sesuai dengan gaya belajar bebrapa siswa. Pertanyaan yang diajukan siswa serta jawaban mereka terhadap pertanyaan guru dapat membantu menemukan kekurangan spesifik dalam metode mengajar seorang guru. Ketika siswa secara terus menerus meminta contoh tambahan, itu mungkin berarti bahwa penjelasan yang diberikan terlalu abstrak untuk mereka pahami. Umumnya, saat mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar, seorang guru harus mencari tahu penyebabnya dalam teknik mengajarnya sendiri selayaknya mempelajari karakter siswa seperti tingkah laku, sikap, dan level kemampuan.

Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Menangani Masalah Berbicara dan PancaIndera
            Guru dapat membantu siswa yang berpenglihatan minim atau yang bermasalah dalam pendengarannya dengan menempatkannya di depan. Guru harus berbicara cukup lantang dan mendorong siswa lain untuk berbicara lebih keras agar siswa yang memiliki masalah pendengaran dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan di kelas. Saat guru menyadari bahwa ada siswa yang memiliki masalah pendengaran serius ia akan membuat isyarat untuk mendapat perhatian siswa sebelum berbicara atau bertanya secara langsung pada siswa tersebut. Ruang kelas yang terang dapat membantu siswa yang memiliki masalah penglihatan, dan siswa tersebut tidak boleh ditempatkan di sudut ruangan yang gelap.
            Masalah berbicara yang minim dapat diatasi dengan kesabaran dan pemahaman. Siswa yang sulit untuk menyusun kata-kata membutuhkan waktu lebih untuk menjawab pertanyaan dan membuat komentar di kelas. Mencoba membuat siswa terburu-buru dalam menanggapi hanya akan lebih menyulitkan saja.
Memaklumi Ketidakcukupan Mental
            Mungkin saran terbaik yang bisa diberikan kepada pengajar yang mengajari siswa yang kekurangan kemampuan mental dalam mempelajari matematika adalah untuk tidak menyalahkan siswa atas keterbatasan intelektualnya. Pelajar yang lambat dalam matematika dapat diberi waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas, harus didampingi dalam belajar, dan harus diberikan banyak representasi konkrit dari matematika yang abstrak. Tugas mandiri, aktivitas kelas, pretest dan postest juga diperlukan untuk membantu siswa tersebut setidaknya menguasai beberapa keahlian matematika.
            Bimbingan konselling, ahli jiwa sekolah dapat membantu mengidentifikasi dan mengukur kemampuan mental secara spesifik. Setelah guru mengidentifikasi masalah intelektual yang dimiliki siswanya, ada dua pendekatan umum untuk menangani situasi ini. Guru dapat membantu siwa untuk meningkatkan kemampuannya yang kurang atau guru dapat membuat aktivitas belajar yang khusus untuk memaklumi  ketidakmampuan intelektualnya. Dalam banyak kasus, kombjnasi dari kedua pendekatan tersebut merupakan cara paling efektif untuk membantu mengatasi kesultan belajar mereka. Latihan dan kegiatan matematika khusus dapat disiapkan untuk membantu menguatkan kemampuan intelektualnya secara spesifik sementara kegiatan lain dapat dibuat sedemikian rupa agar kemampuan mental siswa lebih kuat dalam belajar matematika. Contohnya, siswa yang memiliki masalah dalam memahami beberapa karakteristik dari konsep matematika sebaiknya diberi latihan dalam mengidentifikasi dimensi yang relevan dan tidak relevan dari banyak konsep matematika yang berbeda. Siswa yang tidak bisa memahami abstraksi matematika dapat mempelajari aturan, konsep dan keterampilan dasar matematika dengan representasi konkret dari beberapa objek.
            Beberapa orang memiliki cacat mental yang parah, siswa siswa yang seperti ini mungkin bisa diarahkan untuk program dan kursus khusus dimana guru yang telah terdidik secara khusus dapat membantu mereka mempelajari beberapa ketrampilan dasar. Siswa lain yang cukup cerdas mungkin tidak perlu dan tidak harus menyelesaikan serangkaian bimbingan matematika sekolah menengah. Penguasaan keterampilan dasar matematika cukup untuk beberapa siswa yang hanya tidak bahagia, frustasi, dan tidak berhasil pada level bimbingan matematika yang lebih tinggi.
Mengatasi Masalah Emosional
            `Siswa yang terganggu secara emosional dapat mengambil bimbingan konselling dan pendamping khusus di luar kelas; akan tetapi banyak hal yang dapat dilakukan gurur untuk membantu siswa yang memiliki masalah emosional. Karena banyak masalah emosional disebabkan oleh  stress, guru harus melindungi siswa dari tekanan-tekanan yang ada di kelas dan menyediakan aktivitas belajar yang menarik dan memuaskan bagi mereka. Masalah dan tekanan yang berkaitan dengan sekolah hanya akan meningkatkan gangguan emosional siswa, mungkin lebih baik mengijinkannya terlambat mengumpulkan tugas rumah  atau memulai test hanya ketika siswa tersebut siap. Jangan memaksa siswa untuk memberikan perhatian dalam belajar matematika ketika mereka sendiri sedang berusaha mengatasi masalah yang menyebabkan kesulitan emosionalnya.
            Siswa yang terganggu mungkin membutuhkan seseorang yang bisa diajak berdiskusi tentang masalahnya. Dalam banyak kasus mereka akan memilih guru faforit mereka, yang mungkin adalah anda, untuk membantu mengatasi stressnya. Guru bisa membantu siswa yang terganggu secara emosional dengan menjadi bersahabat, perhatian dan pengertian dengan mereka. Suatu waktu guru dapat membantu siswa yang terganggu dengan menjadi teman dan pembimbing untuk mereka. Kelas matematika yang santai, bersahabat dan kooperatif mungkin dibutuhkan oleh siswa yang terganggu agar  sementara dapat keluar dari masalah mereka  dengan melibatkan dirinya pada pembelajaran matematika yang menarik.
Memotivasi Siswa untuk Belajar Matematika
            Banyak siswa yang secara intelektual, secara emosi dan secara fisik buruk dalam kelas matematika mereka karena tidak tertarik dalam matematika dan tidak bisa melihat banyak nilai dalam mempelajari matematika.
            Secara umum, banyak siswa yang termotivasi mempelajari matematika jika guru mereka menunjukkan kemenarikan pada tiap siswa, antusias tentang matematika itu sendiri, dan memilih permasalahan dan kegiatan yang menarik untuk digunakan dalam belajar matematika. Guru harus menunjukkan kepada siswanya aplikasi yang menarik dari matematika, menggunakan variasi model pengajaran/pembelajaran dalam mempresentasikan pelajaran, dam memberikan siswa beberapa ukuran dalam mengatur aktivitas-aktivitas yang digunakan dalam belajar matematika.
Menanggapi Pengaruh Kebiasaan dalam Belajar
            Masalah yang berkaitan dengan kebiasaan belajar di sekolah jarang disebabkan oleh kekurangan dari beberapa budaya tertentu; hal tersebut biasanya disebabkan oleh kegagalan guru untuk memahami dan menilai kebiasaan-kebiasaan dari siswanya. Guru matematika harus menerima fakta bahwa gaya hidup orang yang berbeda-beda memiliki cara yang berbeda pula dalam mengekspresikan dirinya, menggunakan gaya berbicara yang berbeda, sikap yang berbeda, serta memiliki nilai dan tingkah laku yang berbeda. Guru matematika yang memaksakan nilai kebiasaan mereka pada siswanya justru akan memberi pengaruh negatif pada tingkah laku siswa dalam belajar matematika. Guru harus menghormati perbedaan kebiasaan diantara siswanya dan harus mengesampingkan perbedaan-perbedaan ini dalam mengajar matematika. Cara terbaik untuk mencegah munculnya masalah belajar akibat perbedaan budaya dan etnik adalah dengan memperlakukan semua siswa sama rata, memperlakukan setiap siswa dengan hormat, tulus dan memperhatikan kesejahteraan mereka.

Menangani Permasalahan Sosial
            Siswa yang tidak diterima oleh siswa lain dalam strukktur sosialnya di kelas matematika bisa menjadi pemalu dan tidak responsif di kelas, sementara siswa yang senang mencari perhatian akan menguasai banyak aktivitas yang mengganggu lingkungan belajar di kelas. Siswa yang tidak diterima atau diabaikan oleh siswa lain akan mendapat perhatian khusus dari guru. Guru harus berusaha melibatkan siswa-siswa tersebut pada diskusi kelas dengan mengajaknya berbicara, menanyainya beberapa pertanyaan, mendorongnya untuk memberikan tanggapan pada pernyataan siswa lain, dan mendorong siswa lain untuk menanggapi pernyataannya. Pastikan untuk selalu memberikan pengakuan terhadap publik atas apa yang telah dikerjakannya seperti mengerjakan PR dengan baik atau menulis paper ujian dengan baik. Suatu waktu guru dapat mendorong siswa-siswa yang pemalu secara sosial untuk menyelesaikan proyek yang dapat menarik perhatian siswa lain seperti membuat model matematika, menyelesaikan permasalahan logika, mengkonstruksikan sesuatu secara visual,dll. Banyak diantara siswa pendiam ini yang memiliki bakat, ketertarikan dan hobi khusus yang mana siswa lain mungkin ingin ikut terlibat. Guru harus berusaha membuat siswa-siswa ini merasa bahwa mereka juga memiliki tempat dalam struktur sosial di kelas.
            Untuk menjaga siswa yang over-aktif agar tidak mengganggu pelajaran matematika, mungkin perlu untuk berbicara dengannya secara khusus. Sewaktu-waktu mungkin guru dapat mengarahkan energi siswa-siswa ini kepada perhatian konstruktif- melakukan kegiatan seperti tugas matematika khusus  sehingga dapat merubahnya menjadi siswa yang lebih baik.
            Mungkin penting untuk mencarikan bantuan dari bimbingan konselling atau ahli jiwa untuk menangani siswa yang sangat tidak bisa menyesuaikan diri secara sosial. Siswa yang demikian butuh pemahaman dan bimbingan, serta tekanan memaksanya untuk menyesuaikan diri hanya akan memperburuk keadaan sosialnya.
Menangani Permasalahan Membaca Siswa
            Kadangkala siswa yang mencapai sekolah menengah tanpa mempelajari membaca adalah pembaca yang buruk. Jika guru menemukan salah satu siswa di kelas matematikanya memiliki masalah serius dalam membaca, guru harus mencarikan pendamping dari BK, kepala sekolah, atau spesialis membaca. Beberapa sekolah memiliki pelatihan dan program khusus untuk membantu siswanya dalam membaca.
            Guru mungkin akan menemukan bahwa banyak siswa sekolah menengah yang memiliki kesulitan dalam membaca buku teks matematika dan memahami apa yang mereka baca. Guru bukan hanya yang bertanggungjawab untuk mengajarkan matematika kepada siswa, tapi guru sebaiknya juga mengajarkan bagaimana mempelajari matematika secara mandiri melalui buku matematika. Guru bisa membantu siswa mempelajari bagaimana membaca dan memahami buku matematika dengan memberikan waktu di kelas untuk membaca dan diskusi tentang penjelasan dan contoh yang ada di buku. Guru juga akan menemukan bahwa dengan meminta siswa untuk membaca penjelasan atau pernyataan yang ada di buku akan menyadarkan siswa akan kesulitan-kesulitannya dalam membaca dan memahami matematika. Katakanlah pada siswa untuk membaca perlahan, berhenti sejenak dan pikirkan tentang setiap konsep baru, dan gunakanlah kertas dan pensil untuk mengerjakan contoh latihan. Beberapa guru menyadari bahwa kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan memberikan tugas rumah yang menndorong siswa untuk menulis penjelasan dari ide matematika dengan bahasa sendiri agar lebih mudah dipahaminya maupun siswa lain.
Mengkoreksi Kekurangan Instruksional

            Guru yang mengevaluasi keefektifitasan setiap pembelajaran biasanya akan menemukan kekurangan dalam metode mengajarnya. Evaluasi pembelajaran rutin dan penyesuaian rencana pembelajaran merupakan pendekatan paling efektif untuk mengkoreksi kekurangan instruksional. Keefektifitasan evaluasi mengajar telah didiskusikan pada BAB 4, 5 dan 6, dan selanjutnya tentang evaluasi akan dibicakaran pada bab ini. Ketika siswa tidak bisa mempelajari sebuah topik matematika dalam kelas, sebaiknya guru terlebih dahulu mengajukan pertanyaan “Apa yang salah dengan metode mengajar saya?” sebelum bertanya “Apa yang salah dengan siswa saya?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar