Semua perbuatan yang kita lakukan tentu memiliki resiko,
Termasuk ketika kita memilih untuk menjadi guru. Begitu berat tanggung jawab yang harus diemban...
Seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:
Let's read it :)
MEMERIKSA DAN MENGATASI KESULITAN
BELAJAR
Salah
satu aktivitas guru matematika yaitu harus memeriksa dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari Matematika. Beberapa
siswa hanya sedikit mengalami masalah dalam mempelajari matematika, ketika yang
lain melanjutkan masalah yang sungguh menghalangi untuk pembelajaran mereka.
Nomor terbesar dari buku dan artikel tentang mengajar pembelajar lamban,
mengajar siswa dengan ketidakmampuan belajar, mengajar siswa yang kurang
beruntung, dan pengajaran remedial tentu membuktikan universalitas dan
signifikansi kesulitan yang siswa miliki dalam pembelajaran Matematika. Di
kebanyakan kelas matematika dari 20 siswa atau lebih, kemungkinan guru akan
menemukan salah satu siswa yang melanjutkan masalah-masalah ringan. Itu adalah
tanggungjawab guru matematika untuk mengenali spesifikasi kesulitan belajar
yang dimiliki dan dialami siswa yang mana sangat membutuhkan penanganan atas
masalah tersebut.
Kesulitan
belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam delapan kategori berbeda—masalah
tentang panca indera, ketidakcukupan mental, masalah emosional, masalah social,
masalah membaca, kekurangan motivasi, kekurangan budaya, dan masalah dalam
sistem pendidikan. Menspesifikasi masalah dalam mempelajari matematika yang
mana jatuh di setiap kategori ini akan dibahas dalam segmen ini. Beberapa
masalah dapat dikenali dan diselesaikan oleh guru, ketika yang lain
mengharuskan melayani pelatih sumberdaya manusia special seperti psikolog,
dokter/tabib, pekerja sisoal, dan konselor (pelayan konseling).
Proses
mendiagnosa dan mengatasi kesulitan belajar adalah prosedur pemecahan masalah
yang dapat diselesaikan mengguakan sebuah modifikasi (perubahan) model
pemecahan masalah umum yang didiskusikan di BAB 6. Langkah-langkah dalam
menolong siswa mengatasai kesulitan-kesuliatan mereka dalam belajar matematika
adalah:
- Guru
dan siswa harus menyadari keberadaan kesulitan belajar.
- Guru
dan siswa harus berusaha mengenali pernyataan khusus dari masalah.
- Guru
dan siswa harus berusaha mencoba untuk mengenali penyebab kesulitan
belajar, yang mana harus menghasilkan dan menguji spekuasi (tafsiran
berdasarkan perkiraan).
- Guru
harus meminta bantuan murid dalam mengembangkan prosedur untuk mengatasi kesulitan
belajar.
- Murid,
dengan bantuan dari guru, harus mengangkat prosedur (cara kerja) yang
harus dikembangkan untuk membantu dia (Lk/Pr) dalam mengatasi kesulitan
belajar.
- Guru
harus mengevaluasi (menilai/mempertimbangkan) keberhasilan siswa mengatasi
kesulitan mereka dan juga harus mengevaluasi prosedur yang telah mereka
gunakan untuk menolong siswa memecahkan masalah belajarnya.
Dalam
mengingatkan sgemen penyebab kesuliatn belajar ini, cara untuk mendiagnosa
kesulitan belajar dan prsedur mengatasi kesuliatan belajar akan dibahas. Semua
ktivitas ini adalah subsumed di bawah
enam langkah kerja umum, yang diberikan di atas, untuk menolong siswa mengatasi
kesuliatan mereka dalam mempelajari matematika.
PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Mungkin saja siswa memiliki
kesulitan dalam mempelajari Mateatika sebagai sebuah hasil dari mental panca
indera, emosional, motivasi, budaya, social, kekurangan membaca atau instruksi
(perintah)
Penyebab
Berkaitan antara Panca indera dan Kecakapan Berbahasa
Beberapa
siswa lalai untuk melakukan dengan baik dalam mata pelajaran matematika karena
mereka hanya memiliki salah satu kekurangan yaitu penglihatan, pendengaran atau
kecakapan berbicara. Seorang siswa yang memiliki miskin penglihatan, yang mana
tidak satupun terdeteksi atau terkoreksi, kesalahan untuk memahami konsep dan
prinsip matematika karena dia tidak dapat membaca definisi, contoh, dan diagram
yang guru tulis di papantulis atau ditampilkan dalam proyektor. Siswa yang
memiliki kesulitan dalam mendengar akan muncul menjadi tumpul dan tidak
memiliki minat karena ketidakmampuan untuk mendengar dengan cukup baik untuk
membedakan indtruksi dan pertanyaan yang ditampilkan oleh guru matematika.
Siswa tunawicara akan malu dan tidak tanggap karena mereka enggan untuk
menjawab pertanyaan dan berpartisipasi dalam kelas diskusi untuk rakut
ditertawakan siswa lain atau dicaci guru karena lamban dalam merespon. Meskipun
ketakutan ini tidak dijamin dalam beberapa contoh, ada, meskipun demikian,
ketakutan sesungguhnya bagi siswa yang memiliki kekurangan dalam bebicara dan
bisa menyebabkan kelemahan dirinya.
Siswa yang memiliki beberapa
kekurangan/cacat—pendengaran, penglihatan, atau lisan—bisa menimbulkan menjadi
lamban, tidak berminat (tertutup), tidak tanggap atau tidak termotivasi di dalam
kelas Matematika. Pada kenyataannya, beberapa kenyataan atau cacat fisik
tertutup bisa melemahkan kemampuan atau motivasi siswa untuk mempelajari
matematika.
Ketidakcukupan
Mental
Beberapa siswa mungkin tidak dapat
mengasai kemampuan Matematika, konsep atau prinsipnya karena mereka memiliki
kekurangan mental akibat cacat kelahiran, kerusakan otak ringan, atau
keterbatasan mental kemampuan untuk berinteraksi dengan abstraksi
(generalisasi). Siswa lain khususnya siswa SMP, mungkin memiliki masalah mempelajari
abstrak (ringkasan) dan gagasan matematika umum karena mereka tidak menjangkau
tahap operasional dari kematangan mental yang dibutuhkan untuk bertransaksi
dengan abstraksi dan generalisasi.
Model Struktur Intelektual J. P.
Guilford, yang ditampilkan di BAB 3, memformulasikan (menduga) teori 120
kemampuan intelektual yang berbeda, beberapa diantaranya mungkin tidak
dikembangkan di Siswa SMP yang mengalami kesulitan belajar topic matematika
tertentu. Sebagai contoh, siswa yang tidak dapat memvisualisasikan seperangkat
gambar dalam posisi yang bervariasi dalam ruang mungkin memiliki masalah dengan
beberapa topic dalam geometri. Guru harus menantikan keadaan “normal” siswa
untuk mengalami kesulitan dalam mempelajari topic tertentu dalam Ilmu
Matematika karena semua kemampuan intelektual untuk mengembangkan secara
simultan pada seseorang taua beberapa orang mungkin tidak pernah mencapai
ketentuan dari 120 kemampuan intelektual.
Sebab
Emosional
Semua
siswa mengalami kesulitan emosional ringan yang secara sementara mengganggu
dengan belajar Matematika mereka dan beberapa siswa memiliki maslah emosional
serius yang memiliki efek signifikan dan berkelanjutan pada kemampuan mereka
untuk belajar di sekolah. Meningkatnya kepadatan populasi, polusi lingkungan,
perubahan nilai social dan pola keluarga yang bebas semuanya dikombinasikan
untuk menciptakan tingkatan yang tinggi bagi banyak remaja. Sebagai
konsekuensinya ada kemunculan menjadi level perubahan emosional yang lebih
tinggi di antara siswa daripada beberapa tahun yang lalu. Ketika biasanya siswa
yang baik tiba-tiba memperlihatkan petunjuk miskin motivasi dan ketidakmampuan
untuk mempelajari Matematika, mungkin disebabkan factor di luar ruang kelas
yang menyebabkan masalah emosional terhadap siswa.
Sebab
Motivasi
Kekurangan
motivasi untuk belajar matematika mungkin bisa disebabkan oleh masalah belajar
lainnya atau mungkin hasil dari pengalaman yang tidak menyenangkan dalam belajar matematika. Para
siswa yang tampak secara fisik, intelektual dan emosional bisa saja lemah dalam
pelajaran matematika walaupun mereka pandai dalam mata pelajaran yang lain.
Beberapa siswa menemukan bahwa mata pelajaran sekolah yang lain lebih menarik
daripada matematika dan yang lainnya menemukan sedikit nilai dalam keperluan
upaya intelektual untuk belajar matematika, sebuah mata pelajaran yang tidak
muncul untuk mengepaskan keperluan profesional mereka atau pencapaian
kejuruannya. Siswa yang lainnya berupaya dalam belajar matematika bisa saja
gagal dalam menguasai pelajaran dikarenakan mereka memiliki mental negative
yang berasal dari kegagalan sebelumnya dan mengalami frustasi di kelas
matematika. Hukuman dan kejadian negative lainnya yang berhubungan dengan
belajar matematika dapat membuat ruang kelas matematika menjadi tempat yang
dibenci bahkan oleh mahasiswa paling berbakat sekalipun.
Sebab
Budaya
Akhir-akhir
ini social dan unit pemerintahan, agensi pendidikan dan budaya harus
meningkatkan usaha besar-besaran untuk mengusahakan untuk memeperbaiki
ketidakberuntungan bahwa anak-anak mudah lahir dari orangtua yang tidak dapat
menyediakan mereka dengan kesempatan dan sumber daya belajar dimiliki dalam
sistem pendidikan. Beberapa siswa memiliki masalah belajar di sekolah karena
cerminan budaya di temapat tinggal mereka itu tidak sama sebagaimana cerminan budaya
di sekolahnya. Siswa2 mungkin mengalami kendala untuk mempelajari Matematika
sebagai sebuah konsekuensi dari jalan mereka menggunakan bahasa inggris,
tekanan dari budaya setemapat mereka di atas pendidikan formal, dan ketersediaan
sumber daya di temapat tinggal mereka untuk melengkapi pembelajaran mereka di
sekolah. Hasilnya, objektif dan nilai dari sistem pendidikan mungkin berbeda
dari yang ditemukan dalam budaya mereka dan di beberapa kasus bahasa inggris
yang digunakan di sekolah mungkin tidak menjadi ucapan negative mereka. Setiap
guru harus memahami yang beberapa siswanya tumbukan dalam cerminan perbedaan
nilai budaya daripada yang dipelajari oleh guru dan dicerminkan dalam sistem
sekolah.
Sebab
Sosial
Beberapa
siswa mungkin mengalami masalah dalam mempelajari matematika karena mereka
tidak dapat menyesuaikan sistem social di sekolah atupun ruang kelas. Teman-teman
mereka mungkin bukan di kelas matematika mereka, barngkali di sekolah yang
berbeda, atau keluar dari sekolah. Siswa-siswa yang lain mungkin saja tertutup
terhadap aktivitas social, takut terhadap kegiatan kelompok dan interaksi
social lainnya yang ada di dalam ruang kelas. Siswa yang baru saja berpindah ke
sekolah baru mungkin memiliki masalah mempelajari matematika karena mereka
tidak memiliki banyak teman di kelas dan tidak merasa bahwa mereka adalah
bagian dari struktur social dari ruang kelas. Banyak siswa tidak merasa cukup
untuk peduli untuk berpartisipasi dalam struktur social sekolah atau ruang
kelas matematika, yang mana dapat memiliki dampak negative pada kemajuan dalam
Matematika. Factor-faktor social dapat berakibat terhadap hasrat siswa untuk
mempelajari matematika dan perhatian mereka untuk mengajar/mempelajari
rancangan kegiatan untuk mempromosiakn keahlian dari ojek matematika.
Kesulitan Membaca
Meskipun
membaca matematika buku pelajaran dan bahan cetak lainnya adalah hanya salah
satu dari banyak strategi untuk matematika, masalah membaca umum dan
ketidakmampuan belajar membaca dan memahami presentasi dan eksplorasi ide-ide
matematika dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar matematika. Bahasa yang
digunakan dalam menyajikan konsep-konsep matematika dan prinsip dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa untuk memahami ide-ide
ini. Pentingnya membaca dalam memecahkan masalah verbal dalam matematika adalah
jelas.
Sejumlah studi penelitian telah dilakukan untuk menentukan dampak dari faktor bahasa pada pembelajaran matematika dan untuk mengukur korelasi antara kemampuan membaca dan kemampuan matematika pada siswa. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan bahasa dan terminologi melakukan siswa efek penguasaan matematika dan kemampuan membaca dan kemampuan matematika sangat berkorelasi. Dengan kata lain, siswa dengan tingkat baca yang tinggi cenderung memiliki skor matematika tinggi dan siswa dengan skor membaca rendah cenderung memiliki skor rendah dalam matematika.
Kekurangan Instruksional
Sementara
banyak sumber masalah dalam belajar matematika adalah hasil dari siswa
karakteristik fisik, mental, emosional, sosial, dan motivasi, sistem sekolah
dan guru dapat menjadi penyebab masalah belajar tertentu. Sarana dan fasilitas
fisik yang buruk dalam sekolah dan kurangnya bahan ajar dan sumber daya dapat
memiliki efek negatif terhadap pembelajaran. Guru yang memiliki sedikit minat
dalam mengajar dapat berkontribusi untuk siswa kesulitan belajar, dan guru yang
menggunakan strategi belajar / mengajar yang tidak pantas atau tujuan pembelajaran
tingkat rendah ditetapkan dapat mengharapkan bahwa siswa mereka akan mengalami
masalah dalam belajar matematika.
Ketika
kuliah adalah strategi pengajaran utama dan menghafal didorong melalui tujuan
dan pengujian, siswa tidak mungkin untuk memahami kemampuan matematika, konsep
dan prinsip-prinsip yang sedang disajikan kepada mereka. Belajar untuk
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi ide-ide matematika,
siswa harus diberi latihan dalam menggunakan proses kognitif tingkat tinggi
ini. Siswa tidak akan belajar untuk membuktikan teorema dan memecahkan masalah
jika guru matematika mereka memperlakukan proses-proses yang kompleks sebagai
alogritms harus dihafal dan diterapkan untuk jenis masalah. Sebagian besar,
jika tidak semua, siswa SMA perlu bekerja dengan representasi konkret dari
konsep-konsep abstrak dan prinsip-prinsip untuk memahami mereka dalam cara yang
berarti.
Teknik untuk
Mendiagnosis Kesulitan Belajar
Secara umum,
peringatan, kekhawatiran dan empati
yang terus-menerus membahas masalah belajar dengan siswa dan dengan konsen mengembangkan
dan mengevaluasi pekerjaan rumah, tes dan kuis adalah guru yang paling mungkin
untuk berhasil dalam mendiagnosis masalah belajar di masing-masing siswa. Seorang
guru yang "mengajarkan untuk kelas" atau hipotetis "Rata-rata
mahasiswa", sementara membayar sedikit perhatian untuk masing-masing
siswa, tidak mungkin untuk menemukan sumber dari siswa kesulitan belajar.
Beberapa guru berharap bahwa persentase kelas harus
dilakukan dengan baik, persentase harus melakukan pekerjaan rata-rata, dan
persentase harus melakukan buruk, guru-guru ini melalui pengajaran mereka,
pengujian, dan teknik gradasi cenderung untuk menjamin bahwa siswa mereka memenuhi
harapan kinerja mereka. Meskipun mungkin tidak mungkin untuk mengubah gagal
siswa menjadi "A" siswa, setiap guru yang memiliki tanggung jawab
untuk membantu setiap siswa mencapai potensi dirinya dan berhasil menguasai
matematika di tingkat yang sesuai untuk kemampuannya. Jika Anda menduga bahwa
mahasiswa memiliki semacam kecacatan karena nilai prestasi rendah, Anda harus
memperhatikan bahwa siswa untuk tanda-tanda salah satu penyebab kesulitan
belajar yang dibahas di atas.
Memeriksa Cacat Fisik
Cacat penglihatan, pendengaran, dan
berbicara dapat ditemukan dengan memperhatikan dan kinerja siswa. Jika seorang
siswa terbiasa menyipitkan mata dan menjulurkan lehernya kea rah papan tulis
atau memintamu untuk membaca apa yang kamu tulis di papan tulis, kemungkinan
dia memiliki masalah penglihatan. Masalah penglihatan juga ditandai oleh siswa
yang membaca dengan mendekatkan hidung ke halaman atau yang memegang buku
dengan menjulurkan lengannya ketika membaca. Siswa yang selalu menunjukkan
menjadi penghayal dan biasanya merespon pertanyaanmu dengan “Huh?” kemungkinan
memiliki masalah pendengaran. Jika kamu mencurigai bahwa siswa memiliki salah
satu diantara ketiga masalah tersebut, berbicaralah secara individu, tetapi
ucapkanlah pertanyaanmu dengan sopan. Lebih baim daripada menanyakan kepada
umum pertanyaan seperti “Adakah seseorang yang bermasalah dengan telingamu?” atau
“Dapatkah kamu membaca apa yang ada di depan wajahmu?”, secara individu
tanyalah seperti, “Apakah kamu memiliki masalah membaca tulisan saya di papan
tulis?” atau “Apakah kamu memenukan bahawa saya tidak berbicara dengan keras di
kelas?” pertanyaan seperti yang dua tadi tidak memunjukkan sebuah ancaman pada
siswa dan tidak seperti menunjukkan ketahanan tanggapan. Membicarakan tentang
kecacatan adalah jelas dan harus diurus dengan rasa iba dan sensitive.
Memeriksa Cacat Mental
Jika
seorang siswa berusaha keras untuk mempelajari matematika dan berusaha setulus
hati untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas
tetapi masih tidak dapat menguasai matematika, itu kemungkinan dia memiliki
kecacatan mental. Siswa yang memiliki masalah ekstrim dalam penguasaan
matematika kemungkinan membutuhkan program dan penelitian khusus. Jika seluruh
kelas gagal untuk memahami konsep atau prinsip baru, menyebabkan harus
mengistirahatkan pendekatanmu terhadap permasalahan; bagaimanapun jika hanya beberapa
siswa memiliki masalah itu kemungkinan karena mereka tidak memiliki kemampuan
intelektual spesifik untuk mempelajari spesifikasi topic itu terhadap cara yang
Anda tampilkan itu.
Cara
terbaik untuk memeriksa masalah belajar yang khusus dan umum yang mana semua
siswa miliki adalah melalui menyeleksi latihan pekerjaan rumah dan ujuan
pertanyaan dan menganalisis setiap tugas siswa yang mana menghasilkan jawaban
yang salah. Banyak contoh yang salah dapat ditemukan dengan menganalisis
langkah-langkah siswa yang salah sebagaimana mereka adalah contoh solusi siswa
di dalam kelas dan latihan pekerjaan rumah. Mencoba untuk menemukan penyebab
yang tepat dari setiap jawaban salah. Kamu akan biasa menemukan bahwa satu atau
dua kesalahpahaman atau prpsedur yang tidak benar akan menghitung untuk jawaban
yang idak benar untuk seluruh jenis permasalahan. Langkah benar lain untuk
mengetahui contoh salah yang siswa tertentu adalah membuat pertanyaan untuk
siswa untuk menyelesaikan malasah di tempat duduk atau papantulis mereka. Kamu
dapat melihat bahu siswa dan meneliti setiap kesalahan tertentu sebagaimana dia
buat.
Kesalah
tertentu munkin disebabkan karena kesalahpahaman umum, yang lainnya mungkin
terjadi karena kekurangan siswa satu dari 120 kecakapan intelektual Guilford,
dan masih yang lainnnya mungkin karena kecacatan mental serius. Jika siswa
secara berkelanjutan membuat kesalahan yang sama di ruang kelas berbeda tetapi
masalah yang berkaitan atau dengan konsisten gagal untuk menuasai materi
prasyarat sebuah tipe khusus operasi mental, dia kemungkinan kurang dalam satu
atau beberapa kecakapan yang diidentifikasi oleh Guilford. Siswa yang muncul
menjadi kehilangan seluruh dalam mempelajari matematika, tidak ada persoalan
seberapa keras dia mencoba, mungkin memiliki maslah intelektual yang serius.
Kadang-kadang memisalhkan kesulitan belajar adalah bukan karena tanda bahaya
atau biasa dapat diselesaikan melalui bimbingan beberapa guru privat untuk
siswa ketika ada malah kecil terjadi.
Memeriksa
Masalah Emosional
Sementara suasana hati yang buruk sesekali atau
perilaku dari siswa yang diharapkan, depresi berkepanjangan, penarikan, atau
perilaku mungkin menunjukkan masalah emosional yang lebih serius. Masalah
emosional yang serius, Wich dapat antarmuka dengan kemampuan siswa untuk
belajar di sekolah, dapat disebabkan oleh berbagai situasi. antara situasi yang
dapat menyebabkan masalah emosional yaitu menelan obat, kurang tidur, pola
makan yang tidak benar, beberapa jenis penyakit, citra diri yang buruk karena
kegagalan atau kritik, masalah pribadi yang serius, partisipasi dalam terlalu
banyak kegiatan, tekanan untuk melakukannya dengan baik di sekolah dan rumah
tanggung jawab. Perubahan radikal dalam perilaku yang berlangsung selama
seminggu atau lebih mungkin menunjukkan masalah emosional yang serius di
mahasiswa.
Ketika siswa yang biasa bersiaga dan aktif berubah
menjadi tidak aktif dan tidak semangat/lesu itu menandakan bawa perasaannya
terganggu sebagai akibat dari masalah fisik dan psikologi. Menarik persepsi
ilmu kedokteran tertentu untuk suatu keadaan sakit, kurang tidur, diet yang
salah, atau percobaan dengan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan siswa yang
biasanya aktif menjadi pendiam dan tertutup. Hiperaktivitas pada seorang siswa
mungkin disebabkan oleh penggunaan macam-macam obat tertentu, tekanan social,
masalah diet atau masalah medis. Pada umumnya, penyimpangan yang penting dan
berkepanjangan dari biasanya mungkin gejala masalah emosi yang serius pada
siswa.
Memeriksa Masalah Motivasional
Absen berulang dari sekolah, membolos,
kegagalan untuk melakukan pekerjaan rumah, dan penolakan untuk berpartisipasi
dalam kelas, sementara mungkin menjadi indikasi masalah emosional atau
sosial yang lebih serius, mungkin karena kurangnya minat dan motivasi dalam
belajar matematika. Jika seorang mahasiswa yang tampaknya tidak memiliki
masalah fisik, emosional, dan sosial menunjukkan kurangnya minat dalam belajar
matematika, ia mungkin kekurangan motivasi. Masalah motivasi dapat disebabkan
oleh kegagalan berulang-ulang dalam mencoba untuk belajar matematika,
pengalaman yang tidak menyenangkan di kelas matematika, kepribadian bentrokan
antara siswa guru, atau kegagalan untuk melihat tujuan apapun dalam belajar
matematika. Siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar matematika akan
menunjukkan nya ketidaktertarikan dengan menarik diri dari partisipasi kelas
dan kegiatan belajar / mengajar terkait.
Mengatasi Hambatan
Budaya untuk Belajar
Ketika seorang siswa memiliki
masalah mempelajari Matematika tetapi tanpa factor fisik, mental, emosional
social, atau hubungan sekolah sebagai penyebabnya, itu kemungkinan masalah
disebabkan oleh factor budaya yang mencerminkan kehidupan di tempat tinggal
siswa. Mungkin siswa datang dari keluarga kurang mampu di mana segala sesuatu
yang dipikirkan di sekolah tidak dinilai dan didukung oleh keluarganya. Budaya
siswa adalah bagian yang tidak dianggap sekolah dalam kehususan yang umum dan
matematis sebagai sebuah cara yang layak untuk
mempersiapkan untuk hidup dan pendapatn hidup.
Berdasarkan pada John Wilson dan Mildred C. Robeck di
bagian Memeriksa Kesulitan Belajar yang diedit oleh Wilson (1971):
Setiap kelompok etnik
memiliki keunggulan bahwa hal yang membedakan itu sebagai sebuah kelompok.
Budaya ini dipelajari anak sebelum masuk sekolah. Tradisi dari banyak orang
dapat menjadi kelemahan ketika mode baru atau berbeda menjadi lebih menarik.
Kelemahan budaya adalah rintangan, reaktif atau proaktif, pencampuran lama di
sebuah situasi kehadiran belajar.
Beberapa orientasi budaya adalah lebih banyak menjadi
penghalang untuk merubah daripada lainnya. Bahasa ibu, ketika berbeda dari
bahsa nasional, mengganggu dengan maju sebagai perkembangan individual diusia
sebelum mulai belajar bahasa baru. Dikarenakan passion untuk mengisi “panci
pencair” tafsiran dari demokrasi USA, sebuah gangguan adalah tetap melakukan
eliminasi dan memusnahkan asset bahasa pertama untuk mengajar bahasa inggris. Suatu
keharusan membuang bahsa manusia, apakah dialektis atau asing, mungkin
membuatnya merasa bahwa budaya yang utuh adalah dibuang dan diturunkan.
Beberapa kelompok etnik telah bergabung dan menolak
jalan “Negara tua”. Tetapi lainnya, yang paling terkenal orang Indian Amerika,
dibutuhkan untuk mempertahankan identitas budaya mereka di sebuah lingkungan
yang tidak bersahabat. Akhir-akhir ini banyak orang Negro mengakui pengecualian
mereka dari panic pencair dan mencoba untuk merekonstruksi identitas budaya termasuk
semua kelompok orang hitam. Perawat permusuhan terhadap kelompok sentral adalah
aganknya mengganggu dengan selain jadwal penguatan efektif di sekolah.
Kelemahan budaya dapat menghasilkan dari berbagai ciri
pembeda dari aspek social atau ekonomi.
Jika kamu memiliki siswa di kelas yang memiliki
permasalahan belajar Matematika dan juga keluar “aspek social dan
ekonomi”adalah sebuah kemungkinan bahwa masalah mereka mungkin disebabkan, pada
bagian tertentu, oleh pengaruh budaya. Meskipun pengaruh budya ini mungkin
lebih besar efek dan nilai positifnya bagi individu, di luar kehendak memiliki
efek negative bagi upaya seseorang untuk belajar di sekolah yang didasari set
berbeda dari nilai budaya.
Mendiagnosa Permasalahan Sosial dalam
Belajar
Remaja di sekolah menengah banyak
dipengaruhi oleh interaksi sosialnya dengan orang lain; pencarian mereka untuk
diterima kelompoknya, berkali-kali memaksakan diri dalam belajarnya di sekolah.
Siswa yang tidak mendapatkan pengakuan dari siswa lain dan tidak diterima
sebagai bagian dari sebuah kelompok sosial di sekolah cenderung menarik diri
dari aktifitas kelas karena mereka tidak merasa nyaman atau pantas untuk berada
dalam struktur sosial di sekolah. Beberapa siswa bisa menjadi disiplin dalam
usahanya untuk mendapat perhatian guru dan siswa lain, sementara yang lainnya
buruk dalam matematika karena temannya juga bukan siswa yang pintar matematika.
Keinginan untuk berada di sautu kelompok sosial tertentu dan bertingkah dengan
gaya yang sama dengan siswa lain dapat mempengaruhi tingkah laku siswa dalam
belajar matematika dan performa mereka dalam kelas matematika.
Siswa yang memiliki permasalahan
sosial mungkin berusaha memonopoli perhatian guru selama jam makan siang, waktu
senggang dengan tujuan untuk berteman dengan guru untuk mengganti kekurangan
pertemanannya. Siswa yang memilih tidak mengerjakan tugas rumah dan tidak
belajar selama ada test biasanya mencoba mengajak teman lain. Siswa yang
mencoba mengganggu kelas atau memonopoli diskusi kelas dan sesi laboratorium
mungkin mencoba untuk mengumpulkan perhatian dari siswa lain melalui aksi ini
dibandingkan melalui prestasi akademik. Siswa yang lain merasa banyak tekanan
sosial yang mendorong mereka untuk belajar, di sisi lain mental dan jiwa mereka
sehat. Umumnya, siswa yang berkepribadian sangat ekstrovert dan sangat
introvert dalam kelas matematika mungkin bereaksi pada tekanan sosial dari
siswa lain atau, pada beberapa kasus, dari orang tua mereka.
Mendiagnosa Permasalahan membaca
Meskipun kebanyakan siswa sekolah
menengah sudah dapat membaca, beberapa juga memiliki masalah dalam membaca
kata-kata dalam buku matematika dan yang lainnya tidak bisa memahami apa yang
mereka baca. Guru dapat menegetahui kesulitan siswa dalam belajar matematika
dengan menyuruhnya membaca dengan keras pada bagian penjelasan, konsep, aturan
kemudian menyuruhnya menjelaskan setiap kalimat yang dibaca. Guru akan
menyadari bahwa beberapa siswa dapat membaca dengan benar tetapi tidak mengerti
maknanya.
Mendiagnosa Kekurangan Instruksional
Ketika sebagian besar siswa memiliki
masalah dalam mempelajari sebuah topik matematika, penyebabnya bisa jadi berasal
dari strategi instruksional yang digunakan guru. Mungkin metode yang digunakan
guru untuk mengajarkan materi tidak sesuai dengan gaya belajar bebrapa siswa.
Pertanyaan yang diajukan siswa serta jawaban mereka terhadap pertanyaan guru
dapat membantu menemukan kekurangan spesifik dalam metode mengajar seorang
guru. Ketika siswa secara terus menerus meminta contoh tambahan, itu mungkin
berarti bahwa penjelasan yang diberikan terlalu abstrak untuk mereka pahami.
Umumnya, saat mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar, seorang guru harus
mencari tahu penyebabnya dalam teknik mengajarnya sendiri selayaknya
mempelajari karakter siswa seperti tingkah laku, sikap, dan level kemampuan.
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Menangani Masalah Berbicara dan
PancaIndera
Guru dapat membantu siswa yang
berpenglihatan minim atau yang bermasalah dalam pendengarannya dengan
menempatkannya di depan. Guru harus berbicara cukup lantang dan mendorong siswa
lain untuk berbicara lebih keras agar siswa yang memiliki masalah pendengaran
dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan di kelas. Saat guru
menyadari bahwa ada siswa yang memiliki masalah pendengaran serius ia akan
membuat isyarat untuk mendapat perhatian siswa sebelum berbicara atau bertanya
secara langsung pada siswa tersebut. Ruang kelas yang terang dapat membantu
siswa yang memiliki masalah penglihatan, dan siswa tersebut tidak boleh
ditempatkan di sudut ruangan yang gelap.
Masalah berbicara yang minim dapat
diatasi dengan kesabaran dan pemahaman. Siswa yang sulit untuk menyusun
kata-kata membutuhkan waktu lebih untuk menjawab pertanyaan dan membuat
komentar di kelas. Mencoba membuat siswa terburu-buru dalam menanggapi hanya
akan lebih menyulitkan saja.
Memaklumi Ketidakcukupan Mental
Mungkin saran terbaik yang bisa
diberikan kepada pengajar yang mengajari siswa yang kekurangan kemampuan mental
dalam mempelajari matematika adalah untuk tidak menyalahkan siswa atas
keterbatasan intelektualnya. Pelajar yang lambat dalam matematika dapat diberi
waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas, harus didampingi dalam belajar, dan
harus diberikan banyak representasi konkrit dari matematika yang abstrak. Tugas
mandiri, aktivitas kelas, pretest dan postest juga diperlukan untuk membantu
siswa tersebut setidaknya menguasai beberapa keahlian matematika.
Bimbingan konselling, ahli jiwa
sekolah dapat membantu mengidentifikasi dan mengukur kemampuan mental secara
spesifik. Setelah guru mengidentifikasi masalah intelektual yang dimiliki
siswanya, ada dua pendekatan umum untuk menangani situasi ini. Guru dapat
membantu siwa untuk meningkatkan kemampuannya yang kurang atau guru dapat
membuat aktivitas belajar yang khusus untuk memaklumi ketidakmampuan intelektualnya. Dalam banyak
kasus, kombjnasi dari kedua pendekatan tersebut merupakan cara paling efektif
untuk membantu mengatasi kesultan belajar mereka. Latihan dan kegiatan
matematika khusus dapat disiapkan untuk membantu menguatkan kemampuan
intelektualnya secara spesifik sementara kegiatan lain dapat dibuat sedemikian
rupa agar kemampuan mental siswa lebih kuat dalam belajar matematika.
Contohnya, siswa yang memiliki masalah dalam memahami beberapa karakteristik
dari konsep matematika sebaiknya diberi latihan dalam mengidentifikasi dimensi
yang relevan dan tidak relevan dari banyak konsep matematika yang berbeda.
Siswa yang tidak bisa memahami abstraksi matematika dapat mempelajari aturan,
konsep dan keterampilan dasar matematika dengan representasi konkret dari
beberapa objek.
Beberapa orang memiliki cacat mental
yang parah, siswa siswa yang seperti ini mungkin bisa diarahkan untuk program
dan kursus khusus dimana guru yang telah terdidik secara khusus dapat membantu
mereka mempelajari beberapa ketrampilan dasar. Siswa lain yang cukup cerdas
mungkin tidak perlu dan tidak harus menyelesaikan serangkaian bimbingan
matematika sekolah menengah. Penguasaan keterampilan dasar matematika cukup
untuk beberapa siswa yang hanya tidak bahagia, frustasi, dan tidak berhasil
pada level bimbingan matematika yang lebih tinggi.
Mengatasi
Masalah Emosional
`Siswa yang terganggu secara
emosional dapat mengambil bimbingan konselling dan pendamping khusus di luar
kelas; akan tetapi banyak hal yang dapat dilakukan gurur untuk membantu siswa
yang memiliki masalah emosional. Karena banyak masalah emosional disebabkan
oleh stress, guru harus melindungi siswa
dari tekanan-tekanan yang ada di kelas dan menyediakan aktivitas belajar yang
menarik dan memuaskan bagi mereka. Masalah dan tekanan yang berkaitan dengan
sekolah hanya akan meningkatkan gangguan emosional siswa, mungkin lebih baik
mengijinkannya terlambat mengumpulkan tugas rumah atau memulai test hanya ketika siswa tersebut
siap. Jangan memaksa siswa untuk memberikan perhatian dalam belajar matematika
ketika mereka sendiri sedang berusaha mengatasi masalah yang menyebabkan
kesulitan emosionalnya.
Siswa
yang terganggu mungkin membutuhkan seseorang yang bisa diajak berdiskusi
tentang masalahnya. Dalam banyak kasus mereka akan memilih guru faforit mereka,
yang mungkin adalah anda, untuk membantu mengatasi stressnya. Guru bisa
membantu siswa yang terganggu secara emosional dengan menjadi bersahabat,
perhatian dan pengertian dengan mereka. Suatu waktu guru dapat membantu siswa
yang terganggu dengan menjadi teman dan pembimbing untuk mereka. Kelas matematika
yang santai, bersahabat dan kooperatif mungkin dibutuhkan oleh siswa yang
terganggu agar sementara dapat keluar
dari masalah mereka dengan melibatkan
dirinya pada pembelajaran matematika yang menarik.
Memotivasi
Siswa untuk Belajar Matematika
Banyak siswa yang secara
intelektual, secara emosi dan secara fisik buruk dalam kelas matematika mereka
karena tidak tertarik dalam matematika dan tidak bisa melihat banyak nilai
dalam mempelajari matematika.
Secara umum, banyak siswa yang
termotivasi mempelajari matematika jika guru mereka menunjukkan kemenarikan
pada tiap siswa, antusias tentang matematika itu sendiri, dan memilih
permasalahan dan kegiatan yang menarik untuk digunakan dalam belajar
matematika. Guru harus menunjukkan kepada siswanya aplikasi yang menarik dari
matematika, menggunakan variasi model pengajaran/pembelajaran dalam
mempresentasikan pelajaran, dam memberikan siswa beberapa ukuran dalam mengatur
aktivitas-aktivitas yang digunakan dalam belajar matematika.
Menanggapi
Pengaruh Kebiasaan dalam Belajar
Masalah yang berkaitan dengan
kebiasaan belajar di sekolah jarang disebabkan oleh kekurangan dari beberapa
budaya tertentu; hal tersebut biasanya disebabkan oleh kegagalan guru untuk
memahami dan menilai kebiasaan-kebiasaan dari siswanya. Guru matematika harus
menerima fakta bahwa gaya hidup orang yang berbeda-beda memiliki cara yang
berbeda pula dalam mengekspresikan dirinya, menggunakan gaya berbicara yang
berbeda, sikap yang berbeda, serta memiliki nilai dan tingkah laku yang
berbeda. Guru matematika yang memaksakan nilai kebiasaan mereka pada siswanya
justru akan memberi pengaruh negatif pada tingkah laku siswa dalam belajar
matematika. Guru harus menghormati perbedaan kebiasaan diantara siswanya dan
harus mengesampingkan perbedaan-perbedaan ini dalam mengajar matematika. Cara
terbaik untuk mencegah munculnya masalah belajar akibat perbedaan budaya dan
etnik adalah dengan memperlakukan semua siswa sama rata, memperlakukan setiap
siswa dengan hormat, tulus dan memperhatikan kesejahteraan mereka.
Menangani Permasalahan Sosial
Siswa yang tidak diterima oleh siswa
lain dalam strukktur sosialnya di kelas matematika bisa menjadi pemalu dan
tidak responsif di kelas, sementara siswa yang senang mencari perhatian akan
menguasai banyak aktivitas yang mengganggu lingkungan belajar di kelas. Siswa
yang tidak diterima atau diabaikan oleh siswa lain akan mendapat perhatian
khusus dari guru. Guru harus berusaha melibatkan siswa-siswa tersebut pada
diskusi kelas dengan mengajaknya berbicara, menanyainya beberapa pertanyaan,
mendorongnya untuk memberikan tanggapan pada pernyataan siswa lain, dan
mendorong siswa lain untuk menanggapi pernyataannya. Pastikan untuk selalu
memberikan pengakuan terhadap publik atas apa yang telah dikerjakannya seperti
mengerjakan PR dengan baik atau menulis paper ujian dengan baik. Suatu waktu
guru dapat mendorong siswa-siswa yang pemalu secara sosial untuk menyelesaikan
proyek yang dapat menarik perhatian siswa lain seperti membuat model
matematika, menyelesaikan permasalahan logika, mengkonstruksikan sesuatu secara
visual,dll. Banyak diantara siswa pendiam ini yang memiliki bakat, ketertarikan
dan hobi khusus yang mana siswa lain mungkin ingin ikut terlibat. Guru harus
berusaha membuat siswa-siswa ini merasa bahwa mereka juga memiliki tempat dalam
struktur sosial di kelas.
Untuk menjaga siswa yang over-aktif agar tidak mengganggu
pelajaran matematika, mungkin perlu untuk berbicara dengannya secara khusus.
Sewaktu-waktu mungkin guru dapat mengarahkan energi siswa-siswa ini kepada perhatian
konstruktif- melakukan kegiatan seperti tugas matematika khusus sehingga dapat merubahnya menjadi siswa yang
lebih baik.
Mungkin penting untuk mencarikan
bantuan dari bimbingan konselling atau ahli jiwa untuk menangani siswa yang
sangat tidak bisa menyesuaikan diri secara sosial. Siswa yang demikian butuh
pemahaman dan bimbingan, serta tekanan memaksanya untuk menyesuaikan diri hanya
akan memperburuk keadaan sosialnya.
Menangani Permasalahan Membaca Siswa
Kadangkala siswa yang mencapai
sekolah menengah tanpa mempelajari membaca adalah pembaca yang buruk. Jika guru
menemukan salah satu siswa di kelas matematikanya memiliki masalah serius dalam
membaca, guru harus mencarikan pendamping dari BK, kepala sekolah, atau
spesialis membaca. Beberapa sekolah memiliki pelatihan dan program khusus untuk
membantu siswanya dalam membaca.
Guru mungkin akan menemukan bahwa
banyak siswa sekolah menengah yang memiliki kesulitan dalam membaca buku teks
matematika dan memahami apa yang mereka baca. Guru bukan hanya yang
bertanggungjawab untuk mengajarkan matematika kepada siswa, tapi guru sebaiknya
juga mengajarkan bagaimana mempelajari matematika secara mandiri melalui buku
matematika. Guru bisa membantu siswa mempelajari bagaimana membaca dan memahami
buku matematika dengan memberikan waktu di kelas untuk membaca dan diskusi
tentang penjelasan dan contoh yang ada di buku. Guru juga akan menemukan bahwa
dengan meminta siswa untuk membaca penjelasan atau pernyataan yang ada di buku
akan menyadarkan siswa akan kesulitan-kesulitannya dalam membaca dan memahami
matematika. Katakanlah pada siswa untuk membaca perlahan, berhenti sejenak dan
pikirkan tentang setiap konsep baru, dan gunakanlah kertas dan pensil untuk
mengerjakan contoh latihan. Beberapa guru menyadari bahwa kemampuan membaca
dapat ditingkatkan dengan memberikan tugas rumah yang menndorong siswa untuk
menulis penjelasan dari ide matematika dengan bahasa sendiri agar lebih mudah
dipahaminya maupun siswa lain.
Mengkoreksi Kekurangan Instruksional
Guru yang mengevaluasi
keefektifitasan setiap pembelajaran biasanya akan menemukan kekurangan dalam
metode mengajarnya. Evaluasi pembelajaran rutin dan penyesuaian rencana
pembelajaran merupakan pendekatan paling efektif untuk mengkoreksi kekurangan
instruksional. Keefektifitasan evaluasi mengajar telah didiskusikan pada BAB 4,
5 dan 6, dan selanjutnya tentang evaluasi akan dibicakaran pada bab ini. Ketika
siswa tidak bisa mempelajari sebuah topik matematika dalam kelas, sebaiknya
guru terlebih dahulu mengajukan pertanyaan “Apa yang salah dengan metode
mengajar saya?” sebelum bertanya “Apa yang salah dengan siswa saya?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar